Rabu, 28 Agustus 2013

APAKAH IBU MENYUSUI AMAN BILA MENGKONSUMSI OBAT ?



Ibu yang menyusui umumnya khawatir jika harus minum obat atau divaksin. Alasannya hanya satu takut membahayakan bayinya. Padahal, kebanyakan obat dan vaksin aman buat ibu menyusui. Hal ini berdasarkan laporan dari para dokter anak di Amerika Serikat (AS).

Namun, kedepannya obat-obatan yang aman dikonsumsi diusulkan menggunakan label `laktasi`.

Menurut laporan American Academy of Pediatrics yang berkonsultasi dengan FDA AS, label baru yang diusulkan itu untuk menggantikan label sebelumnya, yakni `ibu menyusui`. Dengan label `laktasi` itu akan memberikan informasi yang lebih rinci potensi membahayakan obat ke bayi yang menyusui.

FDA merupakan pihak yang mendorong perubahan tersebut dengan meminta pembuat obat mempelajari bagaimana obat bisa memengaruhi menyusui dan lebih mengkomunikasikan informasi ke wanita dan dokter.

"Karena kita tahu bahwa menyusui memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan dan kesehatan bagi ibu dan bayi, kita mendorong penelitian di bidang ini sehingga dokter bisa membuat keputusan cara terbaik untuk mengobati pasiennya," kata penulis penelitian, Dr. Hari Cheryl Sachs, yang merupakan dokter anak.

Pendukung ASI menyambut baik laporan yang dipublikasikan di Jurnal Pediatrics tersebut.
Menurut Konsultan Laktasi dan Juru Bicara La Leche League International, Diana West mengatakan, dengan informasi yang jelas membuat ibu yang menyusui tak perlu menyapih bayinya jika harus mengonsumsi obat.

"Ini benar-benar berita bagus dan kemajuan untuk ibu menyusui," kata West.

Direktur InfantRisk Center di Texas Tech University Health Sciences Center di Lubbock, Thomas Hale, mengatakan, kebanyakan label obat yang kini digunakan hanya memberikan peringatan untuk ibu hamil.

Ia menjelaskan, ketika studi laktasi belum dilakukan, dokter masih bisa menduga-duga apakah obat itu akan masuk ke dalam ASI dan apakah itu akan membahayakan bayi, berdasarkan pada ukuran molekul dan sifat kimia lainnya obat .

Dokter juga harus mempertimbangkan masa pengobatan, risiko terapi jangka pendek dibandingkan dengan terapi jangka panjang, ketika menggunakan narkoba.

Ada beberapa kasus ketika obat bisa membahayakan bayi yang menyusui. Senyawa radioaktif yang digunakan agen kontras dalam pengobatan kanker membuat menyusui harus berhenti. Untuk itu, prosedur pencitraan elektif harus ditunda sampai seorang wanita tidak lagi menyusui.

Beberapa obat penghilang rasa sakit narkotika, termasuk codeine, oxycodone (Oxycontin) dan propoxyphene (Darvon), menyebabkan masalah serius dalam ASI bayi. Untuk itu, laporan menunjukkan dokter menghindari resep obat penghilang rasa sakit narkotika untuk ibu menyusui.

Obat-obatan seperti ibuprofen (Advil, Motrin), acetaminophen (Tylenol) dan naproxen (Aleve) mungkin pilihan yang lebih aman untuk menghilangkan rasa sakit.


Kurir ASI Jakarta by amura courier
: solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

Selasa, 27 Agustus 2013

Mastitis, Penyakit Payudara yang Sering Dialami Ibu Menyusui



Baru saja melahirkan seorang anak pasti menjadi hal yang sangat membahagiakan, terlebih bagi para wanita. Namun, kebagiaan itu mungkin akan sirna akibat penyakit mastitis. Penyakit ini paling sering dialami wanita yang sedang menyusui, biasanya pada minggu pertama setelah melahirkan. Penyakit ini dapat membuat para ibu merasa tersiksa dan tidak nyaman. Selain itu, mereka mungkin tidak dapat memberikan ASI eksklusif untuk buah hatinya.

Mastitis merupakan suatu keadaan di mana jaringan dalam payudara Anda terinfeksi oleh bakteri. Akibatnya, payudara akan membengkak dan terasa nyeri. Selain itu, payudara akan berubah warna menjadi kemerahan dan terasa hangat ketika Anda menyentuhnya. Ketika Anda mengalami hal ini, Anda juga mungkin akan mengalami demam dan menggigil.

Penyakit ini dapat dialami oleh semua wanita. Namun, hal ini lebih sering dialami oleh wanita yang sedang menyusui (laktasi mastitis). Penyakit ini cenderung menyerang salah satu payudara saja.

Kondisi ini dapat membuat Anda merasa lelah dan letih sehingga Anda sulit memberikan perawatan kepada bayi Anda, salah satunya dalam hal memberinya ASI. Memang, mayoritas dari mereka yang mengalami laktasi mastitis akan menghentikan proses menyusui. Bukan berarti tidak boleh melakukannya, Anda tetap dapat menyusui karena penyakit ini tidak akan berdampak kepada bayi Anda melainkan akan membantu Anda untuk membersihkan infeksi pada payudara. Rasa sakit dapat muncul ketika Anda menyusui dengan payudara yang terkena penyakit mastitis.

Jika itu terjadi, Anda dapat memerah ASI dengan menggunakan tangan atau memompa payudara dengan menggunakan pompa khusus payudara. Apabila Anda benar-benar mengalami penyakit ini, segera periksakan diri ke dokter. Sebab, penanganan yang lambat dapat menimbulkan komplikasi. Dalam payudara Anda akan muncul nanah (abses). Hal ini menyebabkan payudara Anda terasa keras dan sakit. Bila penyakit ini sudah pada tahap parah, pengobatan yang akan dilakukan pun juga semakin besar, yaitu dengan operasi.

Gejala :

Dari kebanyakan kasus, orang yang mengalami penyakit ini terlebih dahulu mengalami gejala seperti flu. Anda akan mengalami hal ini selama beberapa jam sebelum akhirnya Anda menyadari bahwa payudara Anda memerah dan terasa sakit. Anda juga mungkin akan mengalami beberapa hal seperti berikut ini yang sekaligus menjadi pertanda dan gejala dari penyakit mastitis:
  • Payudara membengkak
  • Demam hingga 38,3 derajat Celcius (101 derajat Fahrenheit)
  • Tubuh terasa nyeri dan menggigil
  • Payudara terasa hangat saat disentuh
  • Payudara seperti terbakar saat menyusui
  • Kelenjar getah bening yang terletak di ketiak sebelah payudara yang terinfeksi terasa sakit
  • Detak jantung lebih cepat
Apabila Anda mengalami tanda dan gejala seperti di atas, segera hubungi dokter untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan.

Penyebab :

Penyakit mastitis dapat timbul akibat payudara Anda terinfeksi oleh bakteri. Bagaimana bisa bakteri menginfeksi payudara Anda? Berikut beberapa penyebabnya:
  • Puting pada payudara retak. Hal ini dapat terjadi akibat posisi menyusui yang tidak benar. Akibatnya puting robek dan retak. Bakteri menjadi lebih mudah untuk memasuki payudara Anda. Bakteri akan berkembang biak di dalam payudara dan hal inilah yang menyebabkan infeksi.
  • Payudara tersentuh oleh kulit yang memang mengandung bakteri atau dari mulut bayi yang sedang Anda susui. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam payudara melalui lubang saluran susu.
  • Selain itu, ada beberapa hal lain yang turut meningkatkan risiko dari penyakit ini, seperti:
  • Pernah mengalami penyakit mastitis sebelumnya.
  • Memiliki penyakit anemia di mana penyakit ini dapat menurunkan daya tahan tubuh Anda terhadap serangan infeksi, salah satunya penyakit mastitis.
  • Tidak dapat mengeluarkan semua susu ketika menyusui. Hal ini dapat membuat payudara Anda terisi penuh oleh susu dan menyebabkan saluran susu dalam payudara tersumbat. Hal ini akan membuat ukuran dari payudara Anda membesar dan lebih rentan terinfeksi oleh bakteri.

Pengobatan :

Untuk memberikan kepastian kepada Anda apakah Anda mengalami penyakit mastitis atau tidak, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Dokter akan memberikan pertanyaan kepada Anda mengenai apa saja yang Anda rasakan, khususnya pada daerah di payudara Anda. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, misalnya dengan melihat kondisi dari payudara Anda, apakah warna payudara memerah atau tidak, puting Anda retak atau tidak, dan lain sebagainya. Jika Anda mengalami semua hal-hal yang telah diperiksa oleh dokter, Anda mungkin akan dirujuk untuk melakukan diagnostik mammogram dan biopsi untuk memeriksa apakah ada nanah (abses) dalam payudara Anda.

Bila hasil dari semua pemeriksaan menunjukkan bahwa Anda positif mengalami penyakit mastitis, dokter pasti langsung merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Biasanya dokter akan memberikan resep obat terlebih dahulu. Berikut beberapa pilihan jenis obat yang biasa digunakan untuk menangani penyakit ini:

1. Antibiotik

Antibiotik biasanya efektif dalam mengobati penyakit ini. Jika dokter memberi resep antibiotik, konsumsilah obat itu sesuai dengan resep dan arahan yang diberikan oleh dokter. Biasanya pengobatan ini dilakukan selama 10 hingga 14 hari. Anda mungkin akan merasa lebih baik dalam kurun waktu 24 sampai 48 jam setelah meminum obat.
Namun, pengobatan dengan antibiotik harus Anda lakukan dengan teratur. Meskipun sedang melakukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik, Anda tetap diperbolehkan untuk menyusui. Hal ini tidak akan berbahaya bagi bayi. Bila jenis pengobatan ini tidak memberikan dampak yang berarti bagi tubuh Anda, biasanya dokter akan mengambil sampel dari air susu Anda dan kemudian diuji di laboratorium.

2. Obat penghilang nyeri

Jenis obat ini biasanya juga diresepkan oleh dokter. Obat ini dapat meminimalisir rasa nyeri pada payudara Anda. Beberapa jenis obat penghilang nyeri yang biasanya digunakan adalah acetaminophen (Tylenol) dan ibuprofen (Advil, Motrin IB).
Selain dengan menggunakan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit ini, Anda dapat melakukan beberapa hal seperti di bawah ini yang mungkin dapat membantu proses penyembuhan:
  • Banyak beristirahat
  • Minum banyak cairan yang mungkin dapat melawan infeksi bakteri.
  • Mengenakan bra yang mendukung payudara Anda. Jangan mengenakan bra yang terlalu ketat atau kendor. Pastikan ukuran bra sesuai dengan ukuran payudara Anda.
  • Mengompres payudara yang sakit dengan menggunakan kain hangat.
  • Menggunakan kedua payudara secara bergantian ketika menyusui.
  • Memastikan payudara Anda mengeluarkan semua susu ketika menyusui. Sebab, susu yang tersisa dalam payudara dapat mengendap dan menyebabkan pembengkakan payudara. Anda dapat memijat bagian payudara dengan menggunakan tangan. Hal ini dapat meningkatkan aliran susu.
  • Ketika menyusui, pastikan bayi Anda dalam posisi yang benar. Dengan begitu, Anda dapat menghindari risiko puting robek atau retak.

Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

Minggu, 25 Agustus 2013

Tips Agar Ibu Tetap Bisa Berikan ASI Selama Bekerja




Memang waktu menyusui dan bekerja seringkali menjadi masalah bagi para ibu. Satu sisi, ibu merasa bersalah jika tidak menyusui bayinya. Namun ia juga terbentur peraturan perusahaan yang menuntutnya tetap bekerja. Secara teori bekerja memang bukan halangan bagi ibu untuk terus menyusui. Namun kenyataannya di lapangan, para ibu terpaksa memerah ASI secara dini. Padahal ada waktu yang tepat memerah ASI. Kemudian bagaimana menyiasatinya ?

Jika tempat kerja si ibu dekat dengan rumah, mungkin si ibu bisa minta izin pulang untuk menyusui bayinya sesaat, atau minta bantuan seseorang untuk membawa bayi ke tempat kerjanya. Namun, jika tempat bekerjanya jauh dari rumah, mungkin bisa dengan melakukan hal berikut ini :

1. Menyusui secara ekslusif dan sering selama cuti melahirkan

2. Belajar untuk memerah ASI Anda segera setelah bayi Anda lahir (6 jam setelah melahirkan). Mintalah perawat di RS untuk menjelaskan teknik memerah yang benar di Rumah Sakit.

3. Hindari memulai cara lain untuk memberi minum bayi sebelum Anda benar-benar perlu.

4. Lanjutkan untuk menyusui di malam hari, di pagi hari, dan kapanpun saat Anda berada di rumah.

5. perah ASI sebelum pergi bekerja, dan berikan kepada pengasuh untuk diberikan kepada bayi.

6. Susuilah bayi setelah Anda memerah.

7. ketika Anda di tempat kerja, perah ASI 2-3 jam kali setiap hari kerja (sekitar per 3 jam)

8. Mengembangkan jaringan pendukung di tempat kerja dan rumah.

Kurir ASI Jakarta by amura courier
: solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

Jumat, 23 Agustus 2013

INI CARA MENYIMPAN ASI YANG BENAR




Menyimpan ASI perah bagi ibu menyusui bukan sesuatu yang mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, mulai dari wadah hingga tempat penyimpanan dan suhu yang dibutuhkan.

Wadah yang baik untuk menyimpan ASI adalah gelas atau tutup plastik polypropylene yang dapat disimpan tertutup. Pastikan bahwa wadah tersebut sudah dibersihkan dengan air panas dan sabun dan dibilas dengan air panas.

Kalau wadahnya banyak, berikan label dengan tanggal. Jadi yang dipakai harus ASI yang paling lama. Meski begitu, amat disarankan agar bayi mengonsumsi ASI secepatnya setelah diperah. Namun jika harus disimpan hingga beku maka ASI segar bisa disimpan dalam suhu 2-4 derajat celsius. Kalau ingin segera digunakan suhu tersebut bisa tahan hingga 8 hari. Tapi pastikan suhunya terjaga. Kalau tidak bisa memastikan lebih baik simpan paling lama 5 hari.

Namun, ASI beku sebenarnya bisa tahan hingga 6 bulan jika diletakkan di lemari pendingin atau freezer khusus. Apabila di dalam freezer yang berada di lemari pendingin satu pintu, ASI hanya akan tahun selama 2 minggu. Sementara kalau di kulkas dua pintu bisa sampai 3 minggu. Jadi tergantung tempat dan seberapa sering kulkasnya dibuka tutup.

Menggunakan ASI yang sudah dibekukan juga ada aturannya. ASI tidak boleh dihangatkan dalam microwave. Sebaiknya hangatkan botol berisi ASI beku dalam wadah yang berisi air hangat. Atau cairkan terlebih dahulu dalam lemari pendingin selama 24 jam. Tetapi tidak boleh dibekukan kembali. Ingat ASI tidak boleh dimasak. Jadi cara menghangatkannya jangan sambil direbus.


Kurir ASI Jakarta by amura courier
: solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867
fixedbanner