Jumat, 30 Mei 2014

Tips Agar Ibu Bisa Mengeluarkan ASI untuk Menyusui Lagi





Relaktasi, itulah proses yang harus dilalui jika ibu sudah memberikan bayinya susu formula namun ingin menyusui lagi. Untuk menjalani proses tersebut tentu tidak mudah. Apalagi jika ternyata bayi sudah begitu menyukai susu formula.

Namun bukan berarti proses tersebut tidak dapat dilalui. Segala perjuangan ibu untuk bisa menyusui lagi pada akhirnya juga akan sangat bermanfaat untuk bayi. Berikut ini tipsnya :
1. Sadari kalau proses yang akan dijalani butuh waktu dan dedikasi. Awalnya, proses tersebut bisa sangat menyita waktu, mengingat ibu harus memompa, menyusui dan juga memberikan bayi susu formula. Butuh waktu beberapa minggu hingga akhirnya ASI ibu bisa memenuhi kebutuhan bayi. Malah waktu yang dibutuhkan bisa lebih lama jika ibu punya masalah payudara membengkak.
2. Stimulasi payudara. Semakin sering susu formula diganti dengan ASI, semakin banyak produksi ASI ibu. Umumnya ibu perlu memompa atau menyusui bayi langsung dari payudara setidaknya delapan kali dalam 24 jam. Ibu juga bisa melakukannya lebih sering lagi, yang tentunya akan lebih baik untuk bayi dan produksi ASI.
Kalau ibu memompa ASI, usahakan jangan dijadwalkan. Pompa ASI setiap ibu memiliki waktu senggang. Awalnya mungkin ibu hanya mendapatkan hasil yang sedikit, jangan kecewa dulu. Memompa bisa jadi cara untuk memberi payudara sinyal waktunya memproduksi ASI.
3. Bantu bayi lalui masa transisi. Bayi yang diberi susu formula terlalu terbiasa minum dengan botol. Si bayi pun butuh waktu untuk belajar menyusui lagi. Berita baiknya, bayi terlahir untuk bisa menyusui. Ibu terkadang bisa terkejut melihat betapa cepatnya bayi kembali bisa menyusui langsung dari payudara.
Namun untuk ibu yang bayinya bingung puting karena terbiasa dengan botol, tentu butuh waktu. Jangan menyerah untuk terus berusaha memberikan payudara ibu. Sering lakukan juga skin to skin contact.
4. Perhatikan bagaimana bayi menyusu. Begitu bayi bisa menyusui langsung dari payudara, sangat penting untuk mengetahui apakah memang dia sudah mendapatkan ASI dengan maksimal atau belum. Cek apakah posisi ibu dan bayi sudah benar.
5. Perhatikan bagaimana dan seberapa sering bayi buang air besar. Bayi berusia kurang dari enam bulan yang diberi susu formula, pupnya berwarna agak liat dan bergumpal-gumpal. Saat pup bayi bisa merasakan sakit seperti orang sembelit. Sementara bayi ASI, pupnya lembek dan seperti biji. Frekuensi pup juga lebih sering. Dengan memperhatikan bagaimana pup bayi, ibu bisa tahu apakah bayi sudah mendapatkan cukup ASI atau belum.
6. Kesuksesan dihitung mingguan bukan harian. Proses relaktasi, seperti sudah dikatakan di atas, butuh waktu. Satu hari, bayi bisa saja menyusui terus, tanpa minum susu formula sama sekali. Namun keesokan harinya dia bisa rewel saat disusui dan memilih susu formula. Jika hal itu terjadi, ibu jangan sedih, karena memang normal.
Usahakan jangan bandingkan bagaimana pola bayi menyusui secara harian. Bandingkan secara mingguan. Dengan cara itu ibu bisa melihat bagaimana kemajuan yang telah dicapai.
7. Cobalah lebih fleksibel. Ibu tidak boleh mudah menyerah saat menjalani proses relaktasi ini. Jika satu cara tidak berhasil, ibu harus mencoba pendekatan lainnya agar bayi mau menyusui lagi. Misalnya jika bayi tidak mau menyusu dengan posisi duduk, lakukan dengan tiduran atau berjalan-jalan sambil digendong.
Bayi menolak menyusui langsung dari payudara dan botol? Ibu bisa mencoba memberinya dengan sendok atau feeder cup yang kini banyak dijual.
8. Cari teman yang bisa mendukung. Dukungan sangat penting untuk ibu yang sedang menjalani proses relaktasi ini. Cobalah bergabung dengan kelompok ibu menyusui yang tersebar di internet. Ibu juga bisa minta dukungan teman yang sudah lebih dulu sukses menjalani proses tersebut. Konselor laktasi juga bisa membantu ibu melalui proses ini.

Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

Selasa, 27 Mei 2014

MENGATASI BAYI KEMBUNG




Bayi sering menangis tanpa sebab? Jika bukan karena kolik, mungkin dia kembung. Bayi 4 bulan ke bawah rentan terserang kembung karena organ pencernaanya belum matang, akibatnya gas mudah berkumpul di lambung atau usus, jadilah kembung. Jangan panik, kenali penyebab dan gejalanya serta cari tahu mengatasinya.

Penyebab kembung:
  • Posisi menyusui kurang tepat sehingga udara ikut terhisap.
  • Bayi tidak segera disusui saat lapar sehingga udara masuk perut.
  • Bayi terutama yang tidak tahan laktosa diberi susu formula, sehingga kandungan laktosanya menyebabkan gas terkumpul dalam usus.
  • Bayi usia 6 bulan mendapat makanan tambahan berisiko penumpukan gas di pencernaan semakin besar. Ini karena masa peralihan dari susu ke makanan padat rentan mengakibatkan ganguan pencernaan dan pengaliran makanan.

Gejala Kembung:
  • Menangis terus menerus
  • Menarik-narik kakinya ke arah perut
  • Sering buang angin
  • Perutnya keras setelah makan

Tindakan mengatasi:
  • Letakkan kain hangat di atas perut bayi.
  • Lakukan pemijatan dengan cara mengusap perut bayi ke arah usus besar, lalu turun lagi. Lakukan saat ia sedang santai atau tidak menangis.
  • Tengkurapkan bayi sehingga gas di perut mencari tempat lebih tingi lalu kemudian keluar sebagai buang angin.
  • Sendawakan.
  • Tindakan dokter diperlukan jika cara-cara di atas belum berhasil. Mungkin perlu pemeriksaan pencitraan (radiology) untuk mencari penyebab kembung.


Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

Kamis, 08 Mei 2014

SAAT YANG TEPAT MEMBERIKAN MPASI




Menyapih adalah proses pengenalan jenis makanan semipadat, selain pemberian ASI, yang diberikan secara bertahap kepada bayi. Menyapih dimulai pada usia 6 bulan. Pemberiannya bertahap, yaitu dari segi jumlah, frekuensi, tekstur, serta variasinya. Awalnya, makanan diberikan dalam bentuk cair. Kemudian kental, semipadat, sampai ke makanan keluarga atau dewasa. Makanan padat diberikan tanpa tambahan gula, madu, atau garam supaya bayi mengenal rasa asli setiap makanan.

Tanda-tanda bayi siap disapih mulai tampak ketika bayi memasuki usia 6 bulan. Di antaranya, bayi sudah mulai bisa duduk meski awalnya perlu bantuan, mampu menyangga kepala, sudah menunjukkan gerakan mengunyah, serta bayi suka memasukkan benda ke dalam mulut. Tanda lainnya, bayi mulai tertarik melihat makanan, berusaha meraih makanan, atau memperhatikan orang yang sedang makan. Bayi juga sudah mampu mengkordinasikan mata, tangan dan mulut, serta sering menampakkan reaksi tidak puas meskipun sudah minum susu dalam jumlah besar.

Tujuan menyapih adalah memberikan energi serta nutrisi tambahan kepada bayi. Pasalnya, pemberian ASI saja tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan bayi. Di usia 6 bulan, ASI hanya mencukupi 50 – 70 persen kebutuhan bayi. Seiring bertambahnya usia, kebutuhan gizi bayi bertambah. Oleh karena itu, bayi perlu tambahan makanan pendamping ASI (MPASI).

Menyapih membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bayi mampu menerima makanan keluarga. Maka, melatih bayi mengunyah makanan sangat penting karena berkaitan dengan perkembangan motorik mulut. Pasalnya, setelah usia 10 bulan, bayi tidak lagi diberikan makanan kental. Pemberian makanan kental hanya untuk bayi usia 6 – 9 bulan.

Orang tua diharapkan mulai melakukan proses menyapih setelah bayi berusia 6 bulan. Penyapihan sesuai usia yang benar dapat mencegah risiko terjadinya kondisi kesulitan makan. Nah, pada usia 12 bulan, seharusnya bayi sudah mencapai tahap makan makanan keluarga.

Pilihan lain dalam menyapih adalah Baby Led Weaning (BLW). Secara garis besar, BLW adalah membiarkan bayi makan sendiri begitu memasuki usia penyapihan. Prinsipnya sama, yaitu mengenalkan makanan semipadat ke makanan padat yang diberikan bertahap kepada bayi, sebagai makanan pendamping ASI. Namun, BLW harus dikerjakan dengan cara dan metode yang benar supaya bayi mendapatkan cukup asupan sesuai kebutuhan berdasarkan usia dan jenis kelamin. BLW juga sebaiknya memperhatikan kecukupan jumlah asupan makro dan micronutrient dari makanan. Selain itu, pengenalan terhadap perubahan tekstur makanan juga penting.

Kegagalan tahap ini akan menyebabkan bayi kurang gizi dan picky eater. Orang tua sebaiknya menjaga dan mengawasi bayi saat proses menyapih sampai bayi mampu makan dan menelan makanan dengan baik tanpa bantuan. Ikut sertakan juga mereka dalam kegiatan makan keluarga. Selain itu, orang tua sebaiknya membuat variasi menu makanan bayi agar bayi menerima berbagai rasa makanan.

BILA TERLAMBAT MEMBERIKAN MPASI

Jika bayi terlambat diberikan makanan padat, maka laju pertumbuhan bayi akan terhambat. Lalu, kekebalan tubuh menurun, kekurangan mikronutrien (khususnya besi dan zinc), perkembangan motorik seperti gerakan mengunyah akan terlambat dan bayi akan menolak setiap menerima perubahan rasa serta tekstur makanan. Akibatnya, anak akan menjadi sulit makan.

Namun terdapat masalah pula bila MPASI diberikan terlalu dini. Di antaranya, produksi ASI akan menurun akibat rangsangan yang jarang. Pada kasus yang ekstrem, dapat menyebabkan gizi kurang, meningkatkan risiko penyakit infeksi akibat kurangnya faktor perlindungan (kekebalan), serta meningkatkan risiko alergi karena bayi belum dapat mencerna dan menyerap makanan dengan baik.

SYARAT UTAMA UNTUK MPASI

Makanan yang sebaiknya dihindari saat memberikan MPASI, antara lain makanan keras dengan potongan kecil karena dapat menyebabkan tersedak, terutama bagi bayi. Selain itu, garam sebaiknya tidak ditambahkan ke dalam makanan bayi sebelum usia 1 tahun, karena ginjal bayi belum matang dan belum mampu mengekskresi kelebihan garam dalam tubuh.

Pemberian garam atau gula yang berlebihan akan membuat bayi tidak mengenal rasa asli makanan. Hal ini menyebabkan anak akan pilih-pilih makanan. Sementara frekuensi asupan gula sebaiknya diperhatikan karena bisa meningkatkan risiko gigi karies.

Produk susu hewan seperti susu kambing, sapi dan domba sebaiknya juga tidak diberikan pada bayi di bawah 1 tahun, karena ketidak seimbangan gizi yang terkandung di dalamnya.

Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

FAKTA MENYUSUI




Produksi ASI akan semakin banyak bila sering dikeluarkan.

Waktu 24 jam setelah melahirkan, hormon oksitosin sedang tinggi. Sayangnya, hormon ibu yang belum stabil, belum percaya diri, serta belum siap menyusui, kerap membuat ASI sulit keluar.   

Pengaruh hormon pada ibu menyusui membuat produksi ASI di malam hari cenderung lebih banyak dibandingkan produksi ASI pada pagi atau siang hari.

Ibu menyusui membutuhkan tambahan kalori, yaitu sekitar 500 – 600 kalori per hari untuk kebutuhan ASI.

ASI tak bisa dikonsumsi bila berbau susu basi, terdapat banyak endapan yang tak larut setelah dikocok, serta endapan yang berwarna sangat putih dan kental.

ASI tak dikeluarkan bisa berdampak mastitis alias nyeri di payudara. Lama kelamaan, payudara bisa merah, terdapat luka, dan terasa sakit.

Menyusui membuat kelenjar air susu lancar, sehingga wanita yang berpotensi kanker payudara bisa mengurangi risiko tersebut.


Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867


fixedbanner