Selasa, 30 September 2014

Tips Memilih Alat Kontrasepsi





Setiap pasangan suami istri pasti pernah membahas masalah kontrasepsi ini, tertama pada pasangan produktif yang berada di usia subur. Nah, berikut tips memilih kontrasepsi yang bisa dilakukan oleh setiap pasangan.
  1. Tentukan tujuan. Pahami tujuan pemakaian kontrasepsi baik dari sisi suami maupun istri. Yang jelas setiap pasangan harus mendapat informasi yang tepat mengenai efektifitas & efisiens setiap pilihan kontrasepsi yang digunakan. Pilihan kontrasepsi harus dilandasi oleh keinginan yang jelas dari kedua belah pihak, apakah untuk menunda mempunyai anak, menjarangkan usia anak atau membatasi jumlah anak yang diinginkan.
  2. Gaya hidup, apakah anda termasuk orang yang disiplin sehingga bisa mengkonsumsi pil KB setiap hari, atau apakah anda bersedia membeli kondom setiap kali ingin melakukan hubungan, jika jawabannya tidak maka pilihlah alat kontrasepsi lain.
  3. Usia, faktor usia juga mempengaruhi pilihan anda. Pil KB sangat dianjurkan bagi wanita sehat  & tidak merokok di atas usia 35 th, namun pada wanita perokok akan timbul resiko terkena serangan jantung. Bagi wanita yang sering mengalami migrain juga tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil ini karena meningkatkan resiko stroke.
  4. Kondisi Kesehatan,cek kondisi kesehatan dan riwayat penyakit yang di derita, untuk penderita jantung, kanker sebaiknya tidak menggunakan pil, dan bagi wanita yang pernah bermasalah dengan alat vitalnya  sebaiknya tidak menggunakan IUD (intra urine devices), kondom bisa digunakan bagi orang yang tidak mengalami alergi terhadap alat yang berbahan dasar dari karet.
  5. Efek samping, tanyakan kepada dokter atau bidan anda mengenai efek samping yang bisa terjadi pada setiap  kontrasepsi yang digunakan agar anda bisa memilih yang terbaik bagi anda.
  6. Pahami keuntungan dan kerugian dari setiap alat kontrasepsi karena setiap alat pasti ada sisi positif & negatifnya, anda bisa memilih kontrasepsi yang memberi sisi positif lebih banyak terhadap anda tentunya.
  7. Waktu penggunaan, apakah alat kontrasepsi yang digunakan adalah untuk sementara atau permanen. Bagi pasangan usia muda disarankan memilih alat kontrasepsi sementara yang bersifat  reversible sehingga mudah hamil lagi jika pemakaian dihentikan.
Nah, tunggu apa lagi, ayo tanyakan pada dokter dan bidan anda mengenai kontrasepsi ini agar bisa menciptakan generasi sehat dan cerdas melalui anak yang kita miliki dengan perencanaan yang matang.


Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867


Senin, 29 September 2014

TIPS MERAWAT TALI PUSAT






Sampai tali pusat bayi lepas (antara 5-21 hari), bayi sebaiknya tidak dimandikan langsung dalam air alias dilap saja, agar tali pusat tidak lembab dan tetap kering. Jika ingin dimandikan, usahakan agar tali pusat tidak banyak terkena air. Sebelum mengganti kain kasa yang membungkus tali pusat bayi, siapkanlah semua benda yang Anda butuhkan. Setelah itu, lakukanlah penggantian kain kasa dengan hati-hati, namun mantap. Perawatan ini dapat dilakukan dua kali sehari.


Yang dibutuhkan:

  • Kasa steril beralkohol dalam kemasan praktis. Dapat juga menggunakan kain kasa steril yang dicelupkan pad aalkohol 70%.
  • Alkohol 70 %.
  • Bola-bola kapas yang lembut dan steril, jika diperlukan.

Jika Anda ingat dahulu, para ibu menutup tali pusat dengan gurita bertali atau  semacam jaring yang elastis. Kini, tindakan itu  tidak dianjurkan lagi oleh dokter.


Ke dokter jika:

  • Bayi demam.
  • Pangkal tali pusat terlihat kemerahan.
  • keluar cairan berbau atau darah dari pangkal tali pusat.
  • Bayi selalu menangis ketika kulit di skeitar tali pusat disentuh dengan jari. Bila bayi menangis karena merasa dingin terkena alkohol, hal ini normal. 

Kurir ASI Jakarta by
amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

Rabu, 24 September 2014

Mengenal dan Memahami Karakter Balita






Balita memang punya beberapa karakter yang umum yang bagi orang tua karakter tersebut seringkali dianggap karakter yang kurang baik. Sebagai orang tua, memang sudah seharusnya mengenal dan memahami karakter sang buah hati yang masih balita dengan baik sehingga dapat menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan balita tanpa harus merasa di batasi.

Menurut salah satu teori, usia 2 hingga 4 tahun adalah masa dimana sang anak merasa sebagai pribadi yang penuh kekuatan, kemampuan kreatif dan senang melakukan eksploitasi terhadap segala sesuatu pada lingkungan sekitarnya. Dengan kekuatannya mereka akan mengeksplor lingkungan sekitarnya tanpa merasa letih. Hal ini di dorong imajinasinya yang selalu ingin bertindak kreatif.


Dengan polah tingkah mereka yang cenderung atraktif, orang tua seringkali bersikap melarang dan membatasi. Padahl sikap orang tua yang demikian ini dapat menghambat perkembangan jiwa kemandirian dan rasa percaya diri mereka. Mengarahkan anak pada usia dini harus dengan lemah lembut tetapi penuh ketegasan dan memberikan alasan yang jelas mengapa sebuah kegiatan diperbolehkan dan di larang.


Ada beberapa karakter balita yang harus di sadari oleh orang tua dan disikapi dengan bijaksana agar tidak menghambat perkembangan dirinya. Sifat-sifat tersebut diantaranya adalah:


Egois


Sifat ini umumnya mulai muncul pada saat anak berusia 15 bulanan (masa dimana sang anak sudah mulai mengenal dan sadar akan dirinya). Sifat egois ini muncul disebabkan oleh ketidakmampuan sang anak dalam melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi, semua masalah akan di teropong dari kaca mata dirinya. Lantaran sifat ini juga, anak balita selalu bersikap “here and now”. Bila menginginkan sesuatu maka ia harus mendapatkan saat itu juga.


Bila dilihat dari perkembangan kognitif, sifat egois akan menghilang saat anak berusia 6 tahun. Karena semakin besar anak, dia di tuntut untuk semakin mengenal lingkungan sosialnya.


Menghadapi anak dengan karakter egois para orang tua harus bijak dalam menghadapinya dengan terus menstimulasi kemampuannya untuk bisa berbagi dengan orang lain, tidak selalu menuruti apa yang diinginkan. Karena sebenarnya dengan possessivitas (rasa memiliki) yang tinggi , seorang anak bisa belajar tentang konsep kepemilikan yang benar, ini adalah barangku dan itu barang milik kakakku. Dengan konsep kepemilikan yang benar terhadap barang-barang miliknya dan bukan miliknya, orang tua dapat mendidik rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam dirinya.


Tanpa menstimulasi dengan baik dengan konsep kepemilikan yang benar dalam menghadapi sikap egois anak, maka egosentris tersebut bisa menetap dalam diri anak hingga dewasa. Jika hal ini terjadi, maka bukan tidak mungkin anak akan menjadi orang yang egois dan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.


Suka perintah


Sikap yang suka memerintah ini sebenarnya masih berkaitan dengan sifat egois pada diri anak. Sifat ini sebenarnya kelanjutan dari usia bayi dimana semua kebutuhan dan keinginannya selalu di ladeni. Di saat sang anak mulai bisa berjalan dan berbicara serta melakukan sesuatu tanpa bergantung sepenuhnya pada orang dewasa, maka dia merasa memiliki rasa otonomi. Sikap Otonom ini seringkali di barengi dengan sikap menyuruh orang lain demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Sikap suka perintah ini tidak akan menghilang dengan sendirinya tanpa di latih oleh orang tuanya. Karena jika sifat ini tidak bisa tertangani dengan baik oleh orang tua, maka tentu saja akan menetap hingga ia dewasa. Cara menangani sikap suka perintah pada anak diantaranya dengan:


1.  Mengajarkan kemandirian pada anak secara bertahap, mulai dari hal-hal yang paling sederhana. Misalnya cuci tangan sebelum dan sesudah makan, makan sendiri, membuka sepatu, dan lain sebagainya.


2.  Memberi contoh yang baik di depan anak, dengan tidak mudah menyuruh orang lain, misalnya pembantu. Karena sebenarnya anak akan lebih di ajarkan melalui contoh dan teladan dari orang-orang di sekitarnya.


Agresif


Sifat agresif ini sebenarnya sudah tampak dari sejak bayi dan akan kerap semakin muncul pada masa batita. Hal ini d karenakan adanya problem komunikasi yang masih terbatas sehingga sang anak merasa keinginannya tidak di pahami oleh orang dewasa. Disamping itu, sifat agresif ini bisa muncul karena kebiasaan. Misalnya sang anak be;ajar dari pengalamannya jika ia berteriak teriak atau melempar barang atau memukul, maka keingininannya baru terpenuhi.


Banyak orang tua yang tidak menyadari sifat agresif yang ada pada anak, sehingga sifat ini terus berlanjut hingga dia dewasa. Padahal sifat agresif pada anak jika tidak di tangani dengan baik pada masa balita, akan menjadi salah satu penghalang terbesar bagi kesuksesannya di masa mendatang. Hal ini di karenakan sifat agresif dan temperamental menyebabkan dia tidak bisa beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.


Ada beberapa hal yang penting di lakukan oleh para orang tua yang memiliki balita dengan sikap agresif ini, diantaranya :

  1. Saat anak tantrum, peluk dan pegang dia. Biarkan dia marah. Setelah kemarahannya reda, orang tua bisa tanyakan penyebabnya secara baik-baik. Pada saat anak emosional, anal biasanya akan bingung untuk mengatakan penyebabnya rasa kesalnya. Pada kondisi ini, akan lebih baik jika orang tua mendefinisikan perasaannya. Cara ini membuat anak merasa di pahami perasaannya.
  2. Jangan menaggapi agresifitas anak dengan cara yang agresif pula. Karena hal ini akan menambah kesan bahwa sifat kasar itu di perbolehkan.
  3. Memberikan penjelasan. Memang tidak mudah untuk memberikan penjelasan terutama bagi batita. Karena sekali di beri tahu tidak akan membuatnya patuh dan melupakan sifat agresifnya. Hal ini menuntut orang tua untuk tidak putus asa dan bosan dalam memberi penjelasan, karena kama kelamaan sang anak akan mengerti bahwa untuk mendapatkan sesuatu tudak harus dengan bersikap agresif.

Pemalu

Terkadang kita mendapati sang anak yang pemalu. Dia lebih suka bersembunyi di balik orang tuanya saat bertemu dengan orang yang baru di lihatnya atau yang jarang berada di sekelilingnya. Klau di Tanya anak lebih memilih dian dan menundukkan kepala. Atau lebih ekstrim lagi ada anak yang spontan akan menangis jika berada di dekat atau berhadapan dengan orang yang baru di kenalnya.


Sifat pemalu ini biasanya merupakan pembawaan pribadi yang diturunkan dari orang tuanya. Meski sifat ini di perlukan dalam beberapa hal, tetapi sifat pemalu yang berlebihan akan berdampak pada sulitnya anak untuk mengembangkan diri dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Hal ini tentu saja akan menghambat prestasi anak kelak bahkan membuat anak kehilangan peluang dalam beberapa hal.


Menghadapi anak yang pemalu, sebaiknya orang tua sering membawanya untuk bersosialisasi. Mulai dari lingkunga sekitar rumahnya hingga lingkungan sosial yang lain seperti taman bermain. Awalnya mungkin anak merasa takut, sehingga butuh di temani sementara waktu. Setelah beberapa lama biasanya anak akan bisa ditinggal dan berbaur bersama anak-anak lainnya.


Penyendiri


Sifat penyendiri pada usia batita selain dikarenakan perkembangan kognitif anak dalam melihat sesuatu masih dari sudut pandangnya sendiri, hal ini juga di karenakan perkembangan sosialnya yang belum berkembang dengan baik. Anak baru sadar akan adanya tuntutan lingkungan sosial di usia 3 tahun keatas. Lantaran itulah, saat bermain, anak tampak soliter (lebih suka bermain sendiri) meski ada teman di sampingnya. Sifat penyendiri ini akan menghilang sendiri setelah usia batita, apalagi jika sang anak suda berelasi dengan teman-temannya. Sama halnya menghadapi anak yang pemalu, menghadapi anak yang penyendiri orang tua perlu mengajak anak dalam kegiatan bersama dan bersosialisasi. Selain itu setiap saat anak perlu diajak berkomunikasi dan menyediakan waktu untuk mendengarkan  dan menaggapi setiap ucapannya. Karena semakin ia percaya bahwa orang tua bersedia untuk menjadi pendengar yang baik, maka anak akan semakin berani bicara dan bersikap terbuka.


Susah di atur


Menginjak usia 3 tahun, biasanya orang tua mendapati sang anak yang mulai susah untuk di atur. Jika pada usia sebelumnya dia selalu menurutu kedua orang tuanya, maka di usia 3 tahun bisanya anak sudah mulai berani untuk menolak dan mengungkapkan pendapatnya tentang segala sesuatu. Dia mulai bisa menentang dan sangat suka melakukan hal yang dilarang.  Semakin orang tua bersikap keras melarang sesuatu, maka akan semakin keras juga sang anak untuk menolaknya.


Menghadapi anak yang susah untuk di atur ini, orang tua harus bisa berkomunikasi dengan baik serta mengkompromikan tentang berbagai hal dengan sang anak. Melibatkan anak dan mendengarkan pendapat mereka. Dengan demikian anak merasa dihargai.  Jika anak berinisiatif melakukan sesuatu yang bagi orang tua merupakan hal yang sangat mengganggu atau bahkan salah dan membahayakan. Maka seharusnya bersikap bijak dalam melarang tanpa menghilangkan kesempatan anak untuk berinisisatif dan berkreatifitas.


Apabila anak merasa mampu berinisiatif untuk melakukan hal sesuai dengan keinginannya, maka hal itu akan menumbuhkan rasa kemampuan diri, kreatifitas, untuk mencetuskan serta menjalankan ide-idenya, dan semua itu adalah modal bagi pertumbuhan kematangan emosinya. Sebaliknya, apabila anak sering dilarang dan tidak diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif, mereka akan menjadi pribadi yang apatis, tidak kreatif dan rendah diri


Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

fixedbanner