Jumat, 20 Mei 2016

SERIBU KEAJAIBAN ASI



Tak diragukan lagi, ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI Eksklusif dapat diberikan pada bayi usia 0-6 bulan, setelah itu dilengkapi dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) hingga usia 2 tahun. Dalam jurnal The American Academy of Pediatrics 2012 disebutkan, menyusui bayi secara eksklusif menurunkan 63% risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), 77% risiko radang telinga (otitis media), 42% risiko alergi (dermatitis atopik), 64% risiko infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis), 24% risiko kegemukan (obesitas), 30% risiko terkena penyakit gula (diabetes), dan 20% risiko terkena kanker (Leukimia).

ASI yang pertama diproduksi disebut kolostrum, berupa cairan kental berwarna kekuningan atau jernih yang diproduksi pada hari-hari pertama persalinan. Produksi kolostrum hanya sedikit sebab disesuaikan dengan kebutuhan jabang bayi yang ukuran lambungnya masih sebesar kelereng. Meski jumlahny sedikit, kolostrum memiliki banyak manfaat, seperti mengandung antibodi, sel darah putih pembangun sistem kekebalan, dan asam lemak rendah kolesterol berantai panjang.

Kolostrum juga mengandung vitamin K yang cukup untuk menghindari bayi dari pendarahan, serta mengandung faktor pertumbuhan dan lebih kaya vitamin, terutama vitamin A, daripada ASI matang. Kandungan protein antiinfektif pada kolostrum 3 kali lebih banyak daripada pada ASI matang. Kolostrum juga membantu mencegah infeksi bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan sepsis dan kematian.

Tak hanya itu, kolostrum memiliki efek pencahar ringan yang membantu membersihkan usus bayi dari meconium (tinja pertama bayi yang berwarna kehitaman). Efek pencahar tersebut dapat membantu membersihkan bilirubin dari usus sehingga dapat mencegah terjadinya bayi kuning (jaundice). Perkembangan usus bayi yang belum matang pun terbantu oleh kolostrum sehingga bayi terhindar dari infeksi, alergi, dan intoleransi terhadap makanan lain. Tak kalah penting, memberikan kolostrum pada awal menyusui akan membentuk bonding antara ibu dan bayinya.

Sementara bagi ibu, manfaat menyusui adalah dapat mengurangi risiko pendarahan pasca melahirkan dan anemia, mengurangi risiko kanker payudara, mengurangi risiko kanker indung telur dan kanker rahim, mengurangi risiko osteoporosis, serta berat badan berlebih. Ibu menyusui juga sangat membutuhkan dukungan dari keluarga, terutama suami. Sebuah penelitian pada 115 ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI pada Journal Clinical Pediatrics 1994 menyebutkan bahwa keberhasilan menyusui terdapat pada 98,1% kelompok yang suaminya mengetahui tentang ASI.

Selain beragam manfaat tadi, banyak pasangan menerapkan manfaat menyusui sebagai alat kontrasepsi alami. Namun, ternyata tidak menjamin dengan menyusui ibu bisa 100% terhindar dari kehamilan berikutnya. Toh, tak sedikit kehamilan yang terjadi saat ibu masih aktif menyusui. Sundulan, istilahnya. Ternyata ada faktor-faktor yang harus diperhatikan bila ibu menggunakan ASI sebagai alat kontrasepsi, terutama faktor frekuensi ibu memberikan ASI. Ibu yang menjadikan menyusui sebagai alat kontrasepsi harus aktif menyusui setidaknya selama satu jam dalam satu hari. Misalnya, sekali menyusui 10 menit, artinya paling tidak sehari 6 kali menyusui.

Dengan rutin dan sering menyusui bayi, maka otak kecil ibu memproduksi lebih banyak hormon prolaktin yang mampu menekan masa subur (ovulasi) dan membuat ibu menyusui menjadi tidak subur. Sementara, seiring pertumbuhan usia anak dan aktivitas ibu, frekuensi menyusui biasanya akan berkurang.

Lantas bagaimana metode kontrasepsi untuk para ibu yang masih menyusui, namun tidak lagi memberikan ASI eksklusif sehingga frekuensi menyusuinya tak lagi sering ? Metode kontrasepsi jangka panjang bisa menjadi pilihan yang tepat dan aman. Dengan demikian, ibu bisa merasa lebih tenang merencanakan kehamilan berikutnya, buah hati pun bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.



Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk ibu dan buah hati. Tlp & sms :085695138867
fixedbanner