Tak diragukan
lagi, ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI Eksklusif
dapat diberikan pada bayi usia 0-6 bulan, setelah itu dilengkapi dengan Makanan
Pendamping ASI (MPASI) hingga usia 2 tahun. Dalam jurnal The American Academy
of Pediatrics 2012 disebutkan, menyusui bayi secara eksklusif menurunkan 63%
risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), 77% risiko radang
telinga (otitis media), 42% risiko alergi (dermatitis atopik), 64% risiko
infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis), 24% risiko kegemukan (obesitas),
30% risiko terkena penyakit gula (diabetes), dan 20% risiko terkena kanker
(Leukimia).
ASI yang
pertama diproduksi disebut kolostrum, berupa cairan kental berwarna kekuningan atau
jernih yang diproduksi pada hari-hari pertama persalinan. Produksi kolostrum
hanya sedikit sebab disesuaikan dengan kebutuhan jabang bayi yang ukuran
lambungnya masih sebesar kelereng. Meski jumlahny sedikit, kolostrum memiliki
banyak manfaat, seperti mengandung antibodi, sel darah putih pembangun sistem kekebalan,
dan asam lemak rendah kolesterol berantai panjang.
Kolostrum juga
mengandung vitamin K yang cukup untuk menghindari bayi dari pendarahan, serta
mengandung faktor pertumbuhan dan lebih kaya vitamin, terutama vitamin A,
daripada ASI matang. Kandungan protein antiinfektif pada kolostrum 3 kali lebih
banyak daripada pada ASI matang. Kolostrum juga membantu mencegah infeksi
bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan sepsis dan kematian.
Tak hanya itu,
kolostrum memiliki efek pencahar ringan yang membantu membersihkan usus bayi
dari meconium (tinja pertama bayi
yang berwarna kehitaman). Efek pencahar tersebut dapat membantu membersihkan
bilirubin dari usus sehingga dapat mencegah terjadinya bayi kuning (jaundice). Perkembangan usus bayi yang
belum matang pun terbantu oleh kolostrum sehingga bayi terhindar dari infeksi,
alergi, dan intoleransi terhadap makanan lain. Tak kalah penting, memberikan
kolostrum pada awal menyusui akan membentuk bonding
antara ibu dan bayinya.
Sementara bagi
ibu, manfaat menyusui adalah dapat mengurangi risiko pendarahan pasca melahirkan
dan anemia, mengurangi risiko kanker payudara, mengurangi risiko kanker indung
telur dan kanker rahim, mengurangi risiko osteoporosis, serta berat badan
berlebih. Ibu menyusui juga sangat membutuhkan dukungan dari keluarga, terutama
suami. Sebuah penelitian pada 115 ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI
pada Journal Clinical Pediatrics 1994 menyebutkan bahwa keberhasilan menyusui
terdapat pada 98,1% kelompok yang suaminya mengetahui tentang ASI.
Selain beragam
manfaat tadi, banyak pasangan menerapkan manfaat menyusui sebagai alat
kontrasepsi alami. Namun, ternyata tidak menjamin dengan menyusui ibu bisa 100%
terhindar dari kehamilan berikutnya. Toh, tak sedikit kehamilan yang terjadi saat
ibu masih aktif menyusui. Sundulan,
istilahnya. Ternyata ada faktor-faktor yang harus diperhatikan bila ibu
menggunakan ASI sebagai alat kontrasepsi, terutama faktor frekuensi ibu
memberikan ASI. Ibu yang menjadikan menyusui sebagai alat kontrasepsi harus
aktif menyusui setidaknya selama satu jam dalam satu hari. Misalnya, sekali
menyusui 10 menit, artinya paling tidak sehari 6 kali menyusui.
Dengan rutin
dan sering menyusui bayi, maka otak kecil ibu memproduksi lebih banyak hormon prolaktin
yang mampu menekan masa subur (ovulasi) dan membuat ibu menyusui menjadi tidak
subur. Sementara, seiring pertumbuhan usia anak dan aktivitas ibu, frekuensi
menyusui biasanya akan berkurang.
Lantas
bagaimana metode kontrasepsi untuk para ibu yang masih menyusui, namun tidak
lagi memberikan ASI eksklusif sehingga frekuensi menyusuinya tak lagi sering ?
Metode kontrasepsi jangka panjang bisa menjadi pilihan yang tepat dan aman.
Dengan demikian, ibu bisa merasa lebih tenang merencanakan kehamilan
berikutnya, buah hati pun bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk ibu dan buah hati. Tlp & sms :085695138867
Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk ibu dan buah hati. Tlp & sms :085695138867