Sudah
menjadi pemahaman umum, bahwa laki-laki dan perempuan punya tugas yang berbeda.
Ayah kerja, cari uang. Ibu mengurus anak. Dan dikotomi job description
inilah yang membuat laki-laki, pada saat menjelang dan baru saja memiliki bayi,
tidak sadar bahwa mereka seharusnya peduli.
LAKI-LAKI BUKAN TIDAK PEDULI,
MELAINKAN TIDAK SADAR BAHWA MEREKA SEHARUSNYA PEDULI !!!
Bila
kita menggunakan istilah “tidak peduli”, maka pengertiannya adalah mereka sudah
mengetahui, tapi memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Masalahnya adalah,
sebagian besar bahkan tidak menyadari sama sekali “kenapa mereka harus
melakukan sesuatu”. Apalagi hingga ke tahap “apa yang harus dilakukan ?”.
Menurut
norma awam, mengurus bayi memang pada dasarnya adalah bukan domain utama ayah.
Kalo mau dirunut, yang paling berwenang adalah: ibu si bayi; lalu dilanjutkan
oleh ibu dari ibu si bayi. Dengan demikian, cukup bisa dimaklumi apabila banyak
ayah yang “mundur” dan menurut saja. Ini bukan sebuah ketidak pedulian,
melainkan lebih kepada “udahlah daripada malah nambah ribet”. Ingin yang
praktis.
Tingkat
keterlibatan yang casual inilah yang membuat laki-laki kehilangan rasa
kritisnya. “Susu formula? Kayaknya semua orang juga ngasih, harusnya sih gapapa
ya?”, begitu mungkin pemikiran mereka. Belum lagi bombardir iklan, terutama di
televisi, yang menendang ASI dari posisi “top
of mind” kala orang mengingat soal susu bayi.
Jadi,
bila berbicara tentang keterlibatan ayah dalam pemberian ASI, langkah awal
tetap harus dimulai dari ibu. Oleh karena itu, berikut beberapa alasan yang
bisa dikemukakan oleh ibu untuk meyakinkan ayah agar mendukung pemberian ASI:
Ayah
manapun pasti ingin yang terbaik bagi bayinya. Itulah yang harus dijadikan “entry point”
bagi ibu untuk meyakinkan bahwa ayah harus memilih ASI. Apalagi, laki-laki
biasanya akan lebih bisa menerima alasan yang logis ketimbang emosional.
Paparkan bahwa ASI itu adalah ciptaan langsung dari Tuhan. Sudah pasti,
kandungan gizinya ideal. Sementara susu formula? Bukan hanya berasal dari sapi,
namun telah melewati pemrosesan yang begitu panjang (dan belum tentu steril),
hingga bisa sampai ke tangan konsumen. Masa iya masih tidak memilih ASI?
Berikan
ilustrasi biaya yang bisa dihemat dalam sebulan apabila tidak perlu membeli
susu formula. Tentu ini adalah hitungan yang sederhana namun faktual. Tanpa
membeli susu formula, uang yang ada bisa digunakan untuk keperluan yang lain.
Setelah
seharian bekerja, ayah pasti akan letih apabila harus terbangun di tengah malam
untuk membuatkan susu. Dengan ASI, ayah bisa istirahat dengan lebih tenang,
karna sewaktu-waktu bayi terbangun, yang perlu dilakukan oleh ibu hanyalah
langsung menyumpal mulut bayi dengan puting susunya. Praktis, bukan?
Tidak
dapat dipungkiri, kesuksesan pemberian ASI lahir berkat kerjasama yang solid
antara ibu dan ayah. Sayangnya, seperti pemaparan diatas, banyak ayah yg belum
sadar ASI. Melalui tiga poin diatas, semoga ibu dapat membukakan pandangan ayah
agar dapat menjadi partner ASI yang ideal. Good luck !
_______________________________________________________________
Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk
wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867