Komunitas
dan perkumpulan berikut ini berisi orang-orang yang peduli bayi mereka.
Bedanya, yang satu terdiri dari para ibuyang mengurus popok kain, yang satunya
lagi merupakan perkumpulan para ayah yang gencar mengkampanyekan pentingnya
mendukung istri dalam pemberian ASI.
MILIS
POPOK KAIN
Komunitas
yang satu ini mendorong para ibu untuk memakaikan popok kain pada bayinya.
Alasannya, selain lebih hemat dibanding memakai popok sekali pakai (pospak),
popok kain juga lebih ramah lingkungan lantaran mengurangi sampah. Selain itu,
juga lebih sehat karena tidak menimbulkan ruam pada bayi dan praktis dibawa
kemana-mana. Pendeknya, banyak sekali manfaat bila menggunakan popok kain,
daripada popok sekali pakai.
Sebagai
contoh, dalam kesempatan berkunjung ke sebuah panti asuhan, Milis Popok Kain
(MPK) mendapatkan informasi bahwa panti tersebut menghabiskan 100 buah pospak
setiap hari. Bisa dibayangkan betapa banyak sampah dan berapa uang yang harus
dikeluarkan untuk membeli pospak tersebut ? Sementara bila menggunakan popok
kain, pengeluaran yang besar hanya terjadi saat awal pembelian.
Dalam
penggunaannya popok kain harus diganti tiap 3-4 jam, sehingga dalam 24 jam
diasumsikan kita membutuhkan 8 popok. Kalau cara pakainya adalah cuci kering
pakai, untuk amannya kita butuh cadangan 8 popok lagi untuk hari kedua. Jadi,
totalnya 16 popok. Kalau satu popok dengan kualitas bagus hargaya Rp 75 ribu,
misalnya, dikalikan 16 hasilnya Rp 1,2 juta. Meski terkesan mahal, tapi popok
kain bisa dipakai berulang-ulang sampai beberapa tahun, bahkan bisa diturunkan
pada anak berikutnya.
Besarnya
manfaat popok kain inilah agaknya yang membuat anggota MPK dari ke hari terus
bertambah. Sejak didirikan oleh Sitha Puspita yang berdomisili di Perancis pada
26 Juli 2009 lalu, hingga kini jumlah anggotanya suah lebih dari 1.200 orang.
Mayoritas tentu saja ibu-ibu yang memiliki bayi, meski ada pula beberapa ayah
yang bergabung.
Awal
pembentukan milis ini bermula saat Sitha diberitahu oleh suaminya, soal adanya
popok kain modern untuk bayi. Dia pun langsung membeli dan mencoba pada
anaknya. Rupanya ia menyukai popok kain modern itu. Dari situ ia pun mengajak
teman-temannya untuk ikut MPK yang dibuatnya khusus untuk membahas popok kain.
Awalnya tak sampai 10 orang yang bergabung. Tapi kini, ribuan anggotanya
tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.
Di
milis yang ada di yahoogroups ini, para anggota bisa saling bertukar informasi.
Mulai dari pola, model baru baik local maupun impor, cara merawat dan mencuci
popok, serta mempromosikan popok kain yang dijualnya. Namun khusus untuk
promosi penjualan popok, hanya boleh dilakukan pada hari Kamis. Dan melarang
penjualan barang lain diluar popok kain, termasuk MLM. Memang sebanyak
sepertiga anggota MPK berbisnis popok kain.
Selain
berdiskusi, para anggota juga bisa mengikuti lomba di dunia maya yang diadakan
para pengurus, misalnya lomba membuat popok kain dari baju bekas yang masih
layak pakai. Ada pula kuis via Twitter yang diadakan tiap mingguan. Dan kini MPK juga telah meluncurkan sebuah
buku panduan bagi para ibu yang tertarik untuk mengetahui seluk beluk popok
kain, berjudul Popok Kain Modern.
Milis
Popok Kain bisa diakses lewat situs http://milispopokkain.wordpress.com
dan akun Twitter @milispopokkain.
AYAH
ASI INDONESIA
Meski
awalnya sempat ditertawakan, namun delapan Ayah muda ini pantang menyerah
mengajak para ayah di Indonesia untuk mendukung pemberian ASI pada
bayinya. Mereka adalah Agus Rahmat
Hidayat, Pandu Gunawan, Syarief Hidayatullah, Shafiq Pontoh, Dipa Andika,
Ernest Prakasa, Sogi Indra Dhuaja, dan Aditia Sudarto. Mulanya enam dari mereka
berkumpul atas ajakan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) untuk membahas topic
ayah peduli ASI (breastfeeding father) pada Maret 2011. Di sana mereka mendapat
kesempatan sharing pengalaman soal peran masing-masing terhadap istri yang
menyusui, ASI, susu formula, dan sebagainya.
Dari
sanalah, salah satu dari mereka, Shafiq Pontoh, punya ide untuk membuat buku
soal ASI, dilihat dari sudut pandang Ayah. Untuk merealisasikan rencana
tersebut, mereka pun mengajak serta dua Ayah lagi. Dan berangkat dari situ,
mereka lalu sepakat mendirikan Ayah ASI Indonesia.
Saat
pembuatan buku itu sedang digarap, penerbit yang mereka temui ternyata ragu,
apakah buku tersebut layak jual. Untuk mengetes pasar, mereka membuat akun
Twitter @ID_AyahASI pada 27 September 2011. Ternyata responnya bagus. Dalam
tiga hari ada 3000 pengikut (followers). Padahal awalnya mereka hanya iseng,
tanpa konsep. Akun di Twitter itu isinya hanya memindahkan obrolan mereka
berdelapan dari darat ke Twitter. Bahasanya tetap khas pria. Setelah itu,
mereka juga berbagi informasi soal ASI pada para pengikut.
Juli
2012, buku Ayah ASI pun diluncurkan. Dalam dua minggu, buku yang awalnya
dicetak 5000 eksemplar ini langsung habis terjual. Kini buku Ayah ASI sudah
tigakali dicetak. Seiring makin dikenalnya Ayah ASI, kini pengikut di
Twitternya berjumlah 41 ribu di 11 kota. Namun karena meyatakan diri bukan
komunitas sungguhan, sampai saat ini mereka tidak memiliki sistem kepengurusan
atau peraturan tertentu. Adapun kegiatan yang mereka lakukan antara lain family
day dengan para pengikut, mengisi seminar, dan talk show.
Ayah
ASI Indonesia memang merasa perlu ada gerakan untuk mengajak para ayah untuk
bicara soal ASI. Menurut mereka, ASI terlalu penting untuk diurus oleh ibu
saja. Karena itu, ayah pun harus ikut serta. Tidak hanya bicara soal ASI, dan
ibu menyusui, tapi mereka juga menyuarakan dukungan terhadap pentingnya
keberadaan ruang menyusui di area publik.
Lalu
dijelaskan pula oleh mereka, bahwa seharusnya siklus kehidupan pria tak
terputus setelah anak lahir, seperti yang umum terjadi. Saat hamil istri disayang,
setelah sang istri melahirkan pria seolah mengalami antiklimaks dan menyerahkan
urusan anak pada istri. Menurut mereka, menyusui butuh juga peran Ayah karena memang
tak gampang melakukannya. Apalagi, pemasaran susu formula sangat gencar dan
menakuti ibu yang tak tahu soal ASI, juga tenaga medis. Nah, di situ suami bisa
jadi benteng terakhir. Lewat perkumpulan ini mereka menyatakan, bahwa
sebenarnya para Ayah bukan tak peduli, melainkan memang tak tahu harus bagaimana
membantu istrinya yang sedang menyusui.
Menyusui
terbilang melelahkan karena rutin dilakukan dalam 24 jam. Bila istri juga
bekerja, sepulangnya masih harus mengurus suami, rumah, dan bayinya. Padahal,
menyusui membakar 300-500 kalori, sama dengan berenang 30 putaran bolak-balik.
Maka kalau tak dibantu suami istri akan kelelahan. Akibatnya dia bisa stress,
ASI yang keluar pun bisa sedikit, dan larinya akan kembali ke susu formula. Membantu
istri di sini bisa dilakukan dengan memandikan, menggendong, menidurkan bayi,
bangun tengah malam untuk memberikan ASI perahan, memijat istri, dan
sebagainya.
Kurir ASI Jakarta
by amura courier :
solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867
Tidak ada komentar:
Posting Komentar