Rabu, 21 November 2012

KOMUNITAS PEDULI BAYI



Komunitas dan perkumpulan berikut ini berisi orang-orang yang peduli bayi mereka. Bedanya, yang satu terdiri dari para ibuyang mengurus popok kain, yang satunya lagi merupakan perkumpulan para ayah yang gencar mengkampanyekan pentingnya mendukung istri dalam pemberian ASI.

MILIS POPOK KAIN
 Komunitas yang satu ini mendorong para ibu untuk memakaikan popok kain pada bayinya. Alasannya, selain lebih hemat dibanding memakai popok sekali pakai (pospak), popok kain juga lebih ramah lingkungan lantaran mengurangi sampah. Selain itu, juga lebih sehat karena tidak menimbulkan ruam pada bayi dan praktis dibawa kemana-mana. Pendeknya, banyak sekali manfaat bila menggunakan popok kain, daripada popok sekali pakai.

Sebagai contoh, dalam kesempatan berkunjung ke sebuah panti asuhan, Milis Popok Kain (MPK) mendapatkan informasi bahwa panti tersebut menghabiskan 100 buah pospak setiap hari. Bisa dibayangkan betapa banyak sampah dan berapa uang yang harus dikeluarkan untuk membeli pospak tersebut ? Sementara bila menggunakan popok kain, pengeluaran yang besar hanya terjadi saat awal pembelian.

Dalam penggunaannya popok kain harus diganti tiap 3-4 jam, sehingga dalam 24 jam diasumsikan kita membutuhkan 8 popok. Kalau cara pakainya adalah cuci kering pakai, untuk amannya kita butuh cadangan 8 popok lagi untuk hari kedua. Jadi, totalnya 16 popok. Kalau satu popok dengan kualitas bagus hargaya Rp 75 ribu, misalnya, dikalikan 16 hasilnya Rp 1,2 juta. Meski terkesan mahal, tapi popok kain bisa dipakai berulang-ulang sampai beberapa tahun, bahkan bisa diturunkan pada anak berikutnya.

Besarnya manfaat popok kain inilah agaknya yang membuat anggota MPK dari ke hari terus bertambah. Sejak didirikan oleh Sitha Puspita yang berdomisili di Perancis pada 26 Juli 2009 lalu, hingga kini jumlah anggotanya suah lebih dari 1.200 orang. Mayoritas tentu saja ibu-ibu yang memiliki bayi, meski ada pula beberapa ayah yang bergabung.

Awal pembentukan milis ini bermula saat Sitha diberitahu oleh suaminya, soal adanya popok kain modern untuk bayi. Dia pun langsung membeli dan mencoba pada anaknya. Rupanya ia menyukai popok kain modern itu. Dari situ ia pun mengajak teman-temannya untuk ikut MPK yang dibuatnya khusus untuk membahas popok kain. Awalnya tak sampai 10 orang yang bergabung. Tapi kini, ribuan anggotanya tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.

Di milis yang ada di yahoogroups ini, para anggota bisa saling bertukar informasi. Mulai dari pola, model baru baik local maupun impor, cara merawat dan mencuci popok, serta mempromosikan popok kain yang dijualnya. Namun khusus untuk promosi penjualan popok, hanya boleh dilakukan pada hari Kamis. Dan melarang penjualan barang lain diluar popok kain, termasuk MLM. Memang sebanyak sepertiga anggota MPK berbisnis popok kain.

Selain berdiskusi, para anggota juga bisa mengikuti lomba di dunia maya yang diadakan para pengurus, misalnya lomba membuat popok kain dari baju bekas yang masih layak pakai. Ada pula kuis via Twitter yang diadakan tiap mingguan.  Dan kini MPK juga telah meluncurkan sebuah buku panduan bagi para ibu yang tertarik untuk mengetahui seluk beluk popok kain, berjudul Popok Kain Modern.

Milis Popok Kain bisa diakses lewat situs http://milispopokkain.wordpress.com dan akun Twitter @milispopokkain.

AYAH ASI INDONESIA

Meski awalnya sempat ditertawakan, namun delapan Ayah muda ini pantang menyerah mengajak para ayah di Indonesia untuk mendukung pemberian ASI pada bayinya.  Mereka adalah Agus Rahmat Hidayat, Pandu Gunawan, Syarief Hidayatullah, Shafiq Pontoh, Dipa Andika, Ernest Prakasa, Sogi Indra Dhuaja, dan Aditia Sudarto. Mulanya enam dari mereka berkumpul atas ajakan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) untuk membahas topic ayah peduli ASI (breastfeeding father) pada Maret 2011. Di sana mereka mendapat kesempatan sharing pengalaman soal peran masing-masing terhadap istri yang menyusui, ASI, susu formula, dan sebagainya.

Dari sanalah, salah satu dari mereka, Shafiq Pontoh, punya ide untuk membuat buku soal ASI, dilihat dari sudut pandang Ayah. Untuk merealisasikan rencana tersebut, mereka pun mengajak serta dua Ayah lagi. Dan berangkat dari situ, mereka lalu sepakat mendirikan Ayah ASI Indonesia.

Saat pembuatan buku itu sedang digarap, penerbit yang mereka temui ternyata ragu, apakah buku tersebut layak jual. Untuk mengetes pasar, mereka membuat akun Twitter @ID_AyahASI pada 27 September 2011. Ternyata responnya bagus. Dalam tiga hari ada 3000 pengikut (followers). Padahal awalnya mereka hanya iseng, tanpa konsep. Akun di Twitter itu isinya hanya memindahkan obrolan mereka berdelapan dari darat ke Twitter. Bahasanya tetap khas pria. Setelah itu, mereka juga berbagi informasi soal ASI pada para pengikut.

Juli 2012, buku Ayah ASI pun diluncurkan. Dalam dua minggu, buku yang awalnya dicetak 5000 eksemplar ini langsung habis terjual. Kini buku Ayah ASI sudah tigakali dicetak. Seiring makin dikenalnya Ayah ASI, kini pengikut di Twitternya berjumlah 41 ribu di 11 kota. Namun karena meyatakan diri bukan komunitas sungguhan, sampai saat ini mereka tidak memiliki sistem kepengurusan atau peraturan tertentu. Adapun kegiatan yang mereka lakukan antara lain family day dengan para pengikut, mengisi seminar, dan talk show.

Ayah ASI Indonesia memang merasa perlu ada gerakan untuk mengajak para ayah untuk bicara soal ASI. Menurut mereka, ASI terlalu penting untuk diurus oleh ibu saja. Karena itu, ayah pun harus ikut serta. Tidak hanya bicara soal ASI, dan ibu menyusui, tapi mereka juga menyuarakan dukungan terhadap pentingnya keberadaan ruang menyusui di area publik.

Lalu dijelaskan pula oleh mereka, bahwa seharusnya siklus kehidupan pria tak terputus setelah anak lahir, seperti yang umum terjadi. Saat hamil istri disayang, setelah sang istri melahirkan pria seolah mengalami antiklimaks dan menyerahkan urusan anak pada istri. Menurut mereka, menyusui butuh juga peran Ayah karena memang tak gampang melakukannya. Apalagi, pemasaran susu formula sangat gencar dan menakuti ibu yang tak tahu soal ASI, juga tenaga medis. Nah, di situ suami bisa jadi benteng terakhir. Lewat perkumpulan ini mereka menyatakan, bahwa sebenarnya para Ayah bukan tak peduli, melainkan memang tak tahu harus bagaimana membantu istrinya yang sedang menyusui.
Menyusui terbilang melelahkan karena rutin dilakukan dalam 24 jam. Bila istri juga bekerja, sepulangnya masih harus mengurus suami, rumah, dan bayinya. Padahal, menyusui membakar 300-500 kalori, sama dengan berenang 30 putaran bolak-balik. Maka kalau tak dibantu suami istri akan kelelahan. Akibatnya dia bisa stress, ASI yang keluar pun bisa sedikit, dan larinya akan kembali ke susu formula. Membantu istri di sini bisa dilakukan dengan memandikan, menggendong, menidurkan bayi, bangun tengah malam untuk memberikan ASI perahan, memijat istri, dan sebagainya.
    


Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fixedbanner