Menyapih adalah proses pengenalan jenis makanan semipadat, selain pemberian ASI, yang diberikan secara bertahap kepada bayi. Menyapih dimulai pada usia 6 bulan. Pemberiannya bertahap, yaitu dari segi jumlah, frekuensi, tekstur, serta variasinya. Awalnya, makanan diberikan dalam bentuk cair. Kemudian kental, semipadat, sampai ke makanan keluarga atau dewasa. Makanan padat diberikan tanpa tambahan gula, madu, atau garam supaya bayi mengenal rasa asli setiap makanan.
Tanda-tanda
bayi siap disapih mulai tampak ketika bayi memasuki usia 6 bulan. Di antaranya,
bayi sudah mulai bisa duduk meski awalnya perlu bantuan, mampu menyangga
kepala, sudah menunjukkan gerakan mengunyah, serta bayi suka memasukkan benda
ke dalam mulut. Tanda lainnya, bayi mulai tertarik melihat makanan, berusaha
meraih makanan, atau memperhatikan orang yang sedang makan. Bayi juga sudah
mampu mengkordinasikan mata, tangan dan mulut, serta sering menampakkan reaksi
tidak puas meskipun sudah minum susu dalam jumlah besar.
Tujuan
menyapih adalah memberikan energi serta nutrisi tambahan kepada bayi. Pasalnya,
pemberian ASI saja tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan bayi. Di usia 6 bulan,
ASI hanya mencukupi 50 – 70 persen kebutuhan bayi. Seiring bertambahnya usia,
kebutuhan gizi bayi bertambah. Oleh karena itu, bayi perlu tambahan makanan
pendamping ASI (MPASI).
Menyapih
membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bayi mampu menerima makanan keluarga.
Maka, melatih bayi mengunyah makanan sangat penting karena berkaitan dengan
perkembangan motorik mulut. Pasalnya, setelah usia 10 bulan, bayi tidak lagi
diberikan makanan kental. Pemberian makanan kental hanya untuk bayi usia 6 – 9 bulan.
Orang
tua diharapkan mulai melakukan proses menyapih setelah bayi berusia 6 bulan.
Penyapihan sesuai usia yang benar dapat mencegah risiko terjadinya kondisi kesulitan
makan. Nah, pada usia 12 bulan, seharusnya bayi sudah mencapai tahap makan
makanan keluarga.
Pilihan
lain dalam menyapih adalah Baby Led
Weaning (BLW). Secara garis besar, BLW adalah membiarkan bayi makan sendiri
begitu memasuki usia penyapihan. Prinsipnya sama, yaitu mengenalkan makanan
semipadat ke makanan padat yang diberikan bertahap kepada bayi, sebagai makanan
pendamping ASI. Namun, BLW harus dikerjakan dengan cara dan metode yang benar
supaya bayi mendapatkan cukup asupan sesuai kebutuhan berdasarkan usia dan
jenis kelamin. BLW juga sebaiknya memperhatikan kecukupan jumlah asupan makro
dan micronutrient dari makanan.
Selain itu, pengenalan terhadap perubahan tekstur makanan juga penting.
Kegagalan
tahap ini akan menyebabkan bayi kurang gizi dan picky eater. Orang tua sebaiknya menjaga dan mengawasi bayi saat
proses menyapih sampai bayi mampu makan dan menelan makanan dengan baik tanpa
bantuan. Ikut sertakan juga mereka dalam kegiatan makan keluarga. Selain itu,
orang tua sebaiknya membuat variasi menu makanan bayi agar bayi menerima
berbagai rasa makanan.
BILA
TERLAMBAT MEMBERIKAN MPASI
Jika
bayi terlambat diberikan makanan padat, maka laju pertumbuhan bayi akan
terhambat. Lalu, kekebalan tubuh menurun, kekurangan mikronutrien (khususnya
besi dan zinc), perkembangan motorik
seperti gerakan mengunyah akan terlambat dan bayi akan menolak setiap menerima
perubahan rasa serta tekstur makanan. Akibatnya, anak akan menjadi sulit makan.
Namun
terdapat masalah pula bila MPASI diberikan terlalu dini. Di antaranya, produksi
ASI akan menurun akibat rangsangan yang jarang. Pada kasus yang ekstrem, dapat
menyebabkan gizi kurang, meningkatkan risiko penyakit infeksi akibat kurangnya
faktor perlindungan (kekebalan), serta meningkatkan risiko alergi karena bayi
belum dapat mencerna dan menyerap makanan dengan baik.
SYARAT
UTAMA UNTUK MPASI
Makanan
yang sebaiknya dihindari saat memberikan MPASI, antara lain makanan keras
dengan potongan kecil karena dapat menyebabkan tersedak, terutama bagi bayi.
Selain itu, garam sebaiknya tidak ditambahkan ke dalam makanan bayi sebelum
usia 1 tahun, karena ginjal bayi belum matang dan belum mampu mengekskresi
kelebihan garam dalam tubuh.
Pemberian
garam atau gula yang berlebihan akan membuat bayi tidak mengenal rasa asli
makanan. Hal ini menyebabkan anak akan pilih-pilih makanan. Sementara frekuensi
asupan gula sebaiknya diperhatikan karena bisa meningkatkan risiko gigi karies.
Produk
susu hewan seperti susu kambing, sapi dan domba sebaiknya juga tidak diberikan
pada bayi di bawah 1 tahun, karena ketidak seimbangan gizi yang terkandung di
dalamnya.
Kurir
ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk
wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867
Tidak ada komentar:
Posting Komentar