Setiap pasangan suami-istri pasti berkeinginan memperoleh momongan. Namun, ada kalanya harapan itu tak kunjung menjadi kenyataan dan momongan pun tak kunjung hadir karena faktir ketidak suburan. Tak cuma wanita, pria pun juga perlu memeriksakan diri ke dokter, karena risiko ketidak suburan berpotensi sama pada pria dan wanita. Untuk mengetahui tingkat kesuburan seorang wanita, perlu dilakukan pemeriksaan fisik bahkan hingga pemeriksaan laboratorium. Dokter akan memeriksa fungsi organ reproduksi seperti ovarium dan tuba falopi. Dari hasil pemeriksaan, akan diketahui tingkat kesuburan wanita dan apa yang harus dilakukan jika terbukti tidak subur.
Meskipun
begitu, secara umum subur tidaknya seorang wanita dapat diketahui dengan
memperhatikan pola hidup dan siklus menstruasi bulanan. Wanita dengan usia di
bawah 34 tahun dan tidak merokok, memiliki potensi kehamilan sebanyak 90
persen, sehingga wanita yang aktif melakukan hubungan seksual pada rentang usia
tersebut, perlu memeriksakan diri ke dokter bila tak kunjung hamil. Agar
penyebab tertundanya kehamilan dapat diketahui. Berdasarkan statistik, penyebab
sulit hamil dilatar belakangi infertilitas oleh pihak istri sebesar 45 persen
meliputi masalah pada salura telur, masalah ovulasi, endometriosis, rahim, dan
mulut rahim. Sementara 40 persen infertilitas dari pihak suami meliputi masalah
pengeluaran sperma, pematangan dan produksi sperma, infeksi bawaan yang
menyebabkan penyempitan saluran sperma, faktor imun, maupun faktor asupan gizi.
Sedangkan 10-15 persen alasan sisanya, belum diketahui dan masih belum jelas.
PEMERIKSAAN
WANITA
Untuk mengetahui penyebab ketidak suburan secara pasti, perlu pemeriksaan kesuburan kedua belah pihak. Keduanya harus kompak dan melakukan cek kesehatan kesuburan. Pemeriksaan kesuburan untuk kaum wanita antara lain :
1.
Pemeriksaan Fisik.
Bertujuan
untuk mengetahui bentuk anatomi organ-organ reproduksi wanita dengan cara
perabaan. Misalnya, payudara, kelenjar tiroid pada leher, serta pemeriksaan
fisik vagina untuk mengetahui organ tersebut dapat berfungsi dengan baik
sehingga proses pembuahan dapat terjadi.
2.
Pemeriksaan USG
Tujuannya
untuk mengetahui kondisi rahim, saluran telur, dan indung telur. Biasanya
dilakukan lewat USG vaginal untuk mengetahui gambaran rongga panggul. Bila
dibutuhkan, pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan USG yang lebih
teliti. Misalnya, ketika ditemukan adanya kista pada indung telur yang
mengganggu fungsi indung telur dan menyebabkan ketidak suburan.
3.
Pemeriksaan HSG (Hysterosalpingogram)
Untuk
mengetahui kondisi rahim serta tuba falopi. Caranya, dengan menyuntikkan cairan
tertentu yang kemudian ditelusuri dengan menggunakan sinar X. Adanya sumbatan
pada tuba falopi dapat diketahui dengan pemeriksaan ini. Misalnya, ada sumbatan
akibat kista, polip endometrium, atau tumor fibroid.
4.
Hysteroscopy dan Laparosocopy
Pemeriksaan
untuk mengetahui adanya endometriosis, polip, fibroid, jaringan parut panggul,
dan penyumbatan pada ujung tuba falopi. Caranya, dengan menggunakan tabung
panjang yang dimasukkan ke dalam vagina melalui leher rahim hingga mencapai
rahim. Pada pemeriksaan laparoscopy, sebuah teropong kamera akan dimasukkan ke
dalam rongga perut melalui beberapa luka sayatan kecil di perut sebesar 5 mm.
Adanya sebuah sumber cahaya serta kamera pada ujung tabung tersebut
memungkinkan dokter melakukan pemeriksaan terhadap seluruh rongga panggul.
5.
Pemeriksaan Khusus
Dilakukan
pada wanita yang dicurigai menderita sindroma antifosfolipida, yang biasanya
ditandai dengan terjadinya keguguran berulang. Pada mereka akan dilakukan
pemeriksaan anticardiolipin IgG dan IgM, anti-beta 2 glikoprotein, dan lupus
antikoagulan.
6.
Pemeriksaan Darah
Perlu
dilakukan pada wanita dengan siklus haid yang tidak teratur, untuk menemukan
hormon yang hilang atau tidak terdapat di dalam darahnya, kurang kadarnya, atau
sebaliknya berlebihan. Hormon-hormon yang diperiksa adalah hormon kesuburan FSH
(Follicle Stimulating Hormone), LH (Lutenizing Hormone), dan estradiol (sejenis
hormon estrogen). Selama 22 hingga 24 hari dari waktu siklus haid rata-rata,
kadar hormon progesteron dapat diukur.
PEMERIKSAAN
PRIA
Sementara pemeriksaan kesuburan khusus untuk kaum pria antara lain :
1.
Pemeriksaan Fisik
Untuk
mengetahui kondisi organ reproduksi pria secara umum. Berupa pemeriksaan penis,
buah zakar (skrotum), testis, epidimis, prosta, saluran sperma, dan kelenjar
cowper. Namun melalui pemeriksaan fisik ini, tidak seluruh bagian organ
reproduksi dapat diperiksa dengan perabaan secara mudah.
2.
Pemeriksaan Darah
Bertujuan
untuk mengetahui kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan kadar hormon
testoteron. FSH berperan dalam proses pembentukan sperma (spermatogenesis),
sedangkan hormon testoteron berperan dalam stimulasi libido. Normalnya, kadar
FSH pada pria dewasa adalah 1,5-12,4 mIU/ml darah, sedangkan kadar hormon
testosteron 300-1.200 mg/desiliter.
3.
Biopsi Testis
Untuk
mengetahui penyebab ketidak suburan pada pria. Dilakukan dengan cara operasi
kecil untuk mengambil contoh jaringan testis. Biasanya pemeriksaan ini jarang
dilakukan dan hanya dilakukan apabila di dalam semen tidak ditemnukan adanya
sel sperma (azoospermia).
4.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan
untuk mengetahui secara akurat testis serta mendeteksi adanya tumor, kista,
aliran darah tidak normal, serta gangguan lainnya yang menjadi penyebab ketidak
suburan pria.
5.
Analisa Semen dan Sperma
Untuk
mengukur jumlah semen dan sperma. Semen adalah cairan berwarna putih kental
berisi sperma yang dilepaskan saat ejakulasi. Pengumpulan sperma dilakukan
dengan masturbasi untuk mengambil contoh sperma yang didapat. Lalu, ditampung
di dalam tabung steril untuk dievaluasi. Dari pemeriksaan semen dan sperma juga
dapat diketahui jumlah sel darah putih untuk mendeteksi penyakit infeksi.
Pemeriksaan ini dapat digunakan pula untuk mengetahui ada atau tidaknya sperma
di dalam cairan semen.
Kurir ASI Jakarta by amura courier :
solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867
Tidak ada komentar:
Posting Komentar