Stunting adalah keadaan di mana tinggi badan anak berada di bawah standar pada umur tertentu. Standar yang digunakan adalah World Health Organisation (WHO). Stunting tidak bisa dianggap remeh. Balita yang mengalami stunting akan terganggu masa pertumbuhannya atau tumbuh tidak normal setelah melewati usia pertumbuhan. Stunting bukanlah suatu kondisi kronis yang bisa menyebabkan tingginya angka kematian, tapi dapat berdampak buruk terhadap prestasi dan kualitas kesehatan anak di masa depan.
Stunting juga
bisa dijelaskan sebagai gangguan tumbuh kembang yang disebabkan kurang gizi
kronis atau menahun. Selain kurang zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak)
juga kurang zat gizi mikro yang terjadi pada waktu lama akan menyebabkan
pertumbuhan fisik dan otak tidak optimal. Misalnya, kurang zat besi, zink,
vitamin A, kalsium, yodium, vitamin, dan mineral lain. Anak yang mengalami
stunting jika sudah dewasa cenderung mengalami kegemukan/obesitas yang beresiko
menderita diabetes, jantung dan pembuluh darah, dan penyakit degeratif lain.
Stunting pun bisa memberikan dampak jangka panjang yang berpengaruh pada kecerdasan, kemampuan fisik, dan produktivitas yang rendah. Jika jumlah stunting terus meningkat, jelas menjadi ancaman karena kita akan makin banyak generasi yang tidak berkualitas.
Mencegah stunting seyogyanya dilakukan sejak janin dalam kandungan sampai usia dua tahun atau seribu pertama kehidupan. Oleh karena itu, sejak ibu hamil harus mendapatkan kecukupan zat gizi. Ini agar janin yang dikandung ibu tidak menderita kurang gizi dan bayi lahir dengan berat badan cukup sekitar tiga kilogram.
Masalah stunting sebetulnya sudah terjadi ketika calon ibu masih remaja. Gangguan gizi saat calon ibu masih remaja bisa berlanjut saat kehamilan dan menyebabkan bayi terlahir dengan kekurangan asupan nutrisi. Kekurangan gizi pada remaja putri membuat bayi yang dilahirkannya kelak beresiko stunting. Karena itu, perlu ada perhatian sejak calon ibu masih remaja, hingga masa kehamilan. Jangan sampai mereka mengalami kekurangan gizi yang berakibat melahirkan anak stunting.
Jika stunting baru diketahui setelah anak lahir, itu sudah sangat terlambat. Jika anak sudah pendek, upaya yang dilakukan adalah memberikan kecukupan zat gizi, treutama protein dan zat gizi mikro serta melakukan aktifitas fisik, hingga diharapkan masih bisa mengejar tumbuh kembangnya sampai usia remaja.
Stunting ini juga bisa diperbaiki melalui perbaikan asupan gizi dan pemberian ASI eksklusif. Karena itu amat disarankan ibu yang melahirkan agar memberikan ASI eksklusif pada anaknya untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi. Tapi kenyataannya kini hanya 10 ribu – 15 ribu per 100 ribu balita yang mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya. Padahal, ASI itu sumber gizi yang sangat besar, murah, dan mudah.
Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867
Tidak ada komentar:
Posting Komentar