Tiga atau empat hari usai melahirkan, biasanya wanita akan mengalami masa menjadi sensitif dan mudah lelah. Ketika memasuki hari ke 14, barulah bisa mulai fokus mengurus bayinya. Secara perlahan, rasa gundah yang menghantui pun hilang, berganti dengan kesibukan menjalani kehidupan sebagai seorang ibu. Kondisi ini dinamakan Baby Blues Syndrome (BBS) atau yang juga dikenal sebagai Pospartum Distress Syndrome (PDS). Keduanya merupakan gangguan emosi ringan yang terjadi dalam kurun waktu 2 minggu setelah ibu melahirkan.
Data
penelitian menunjukkan dua per tiga atau sekitar 50 – 75 persen wanita
mengalami BBS, yakni munculnya perasaan gundah gulana atau sedih yang dialami para
ibu usai melahirkan. Umumnya terjadi pada 14 hari setelah melahirkan dan
cenderung memburuk pada hari ke 3 atau 4. BBS biasanya terjadi karena usai
melahirkan kondisi ibu mengalami kelelahan dan dirinya bergejolak karena
pengaruh hormon. Hal itu juga berpengaruh ke emosi hingga perilakunya menjadi
tidak sabar. Meski demikian, tak sedikit juga ibu yang tidak mengalami BBS. Hal
itu mungkin karena kondisi ibu lebih siap dan mengerti apa yang bakal terjadi
usai melahirkan sehingga pikirannya lebih tenang.
Kendala yang
umum memicu BBS di antaranya adalah kesulitan menyesuaikan diri. Bila dulu
hidup hanya bersama pasangan, sementara sekarang memiliki bayi. Akibatnya,
banyak kegiatan yang harus berubah karena menyesuaikan dengan bayi. Terutama
jam tidur. Setelah melahirkan, memang banyak hal yang harus dikerjakan dan
disesuaikan dalam satu waktu. Sesiap apa pun seorang ibu, tetap saja masih ada
rasa tak siapnya. Namun, justru dari ketidaksiapan tersebut, ibu akan belajar
menerima. Jika sudah bisa menerima, selanjutnya akan lebih baik sehingga bisa
merawat anak dengan tulus. Mengurus bayi, memang tidak semudah yang dipikirkan.
Sehingga ada perasaan bersalah pada diri sendiri atau merasa tidak dihargai
atas apa yang dilakukan. Pada beberapa ibu, bahkan ada yang merasa kelahiran si
bayi membuat dirinya sakit. Sehingga mendatangkan perasaan sebal dan benci saat
melihat anak.
Jika BBS yang
terjadi melebihi batas normal alias lebih dari 2 minggu, sudah sepatutnya sang
ibu berkonsultasi dengan dokter. Pasalnya dikhawatirkan ibu mengalami Postpartun Depression (PPD). Perbedaan
PPD dengan BBS terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya
gejala-gejala. Pada PPD, gejala yang dirasakan itu aka terjadi lebih sering,
lebih hebat, serta lebih lama. Gejala PPD ditunjukkan melalui perilaku cepat
marah, bingung, mudah panik, merasa putus asa, perubahan pola makan dan tidur,
takut bisa menyakiti bayinya, khawatir tidak bisa merawat bayi dengan baik,
hingga timbul perasaan tidak bisa menjadi ibu yang baik. Bahkan PPD bisa
berlangsung hingga 1 tahun setelah kelahiran bayi.
Faktor
fisiologis dan psikologis bisa menjadi penyebab BBS dan PPD. Faktor fisiologis
itu dari pengaruh hormon karena perubahan fisik dan non fisik, baik saat hamil
dan setelah melahirkan. Perubahan tersebut mempengaruhi perasaan ibu sehingga
mengalami rasa lelah, depresi, dan penurunan mood. Sedangkan faktor psikologis, karena ia menyadari hadirnya si
kecil harus diawasi, diperhatikan, diasuh siang dan malam, sehingga sangat
meletihkan dan mengurangi waktu istirahat. Lebih lanjut, ini bisa memicu
depresi. Ibu bisa merasakan kecemasan atas masa depan anak. Apakah ia akan
mampu membesarkan anak dengan baik atau tidak.
Selain itu,
ternyata seorang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan di bawah normal
cenderung berpeluang lebih besar mengalami BBS jika dibandingkan ibu yang
melahirkan bayi dengan berat badan normal. Pasalnya, seorang ibu pasti berharap
bayi yang baru lahir akan tidak nyenyak di malam hari. Jika ternyata yang terjadi
malah sebaliknya, yaitu bayi terus menangis atau sang ibu mengalami trauma melahirkan
dan mengandung, maka bisa memicu juga.
BBS bisa
diatasi dengan dukungan suami selama proses kehamilan, melahirkan, dan
menyusui. Ketika ingin bercerita atau menangis, calon ibu juga perlu menangis,
tak perlu di tahan-tahan. Saat istri mengekuh, sebaiknya suami jangan malah
dimarahi, karena itu artinya istri butuh ditemani dan didampingi. Beri pelukan,
misalnya, tentu akan menenangkan. Jangan lupa pula berbagi tugas untuk
meringankan bebannya. Dengan memberi kekuatan, maka istri akan lebih mudah
menghadapi proses kehamilannya dan tak lagi merasa sendirian. Selain itu, support dari orangtua dan keluarga pun
sangat menentukan. Tidak perlu terlalu banyak memberi saran, cukup dengan
memberikan dukungan. Jika semua bisa dilewati, pasangan akan menjalani segalanya
dengan mudah.
Selain itu,
perlu juga untuk menyiapkan kematangan fisik dan mental sebelum melahirkan.
Sehingga, mental lebih terasa tatkala buah hati terlahir ke dunia. Lengkapi
pengetahuan seputar perawatan dan kesehatan bayi agar siap menghadapinya.
Jangan lupa beristirahat selagi ada kesempatan. Mintalah bantuan suami atau
keluarga lain. Jika perlu, berbagi pengalaman dengan ibu-ibu yang juga tengah
mengandung. Tentu dengan orang yang dirasa nyaman untuk bertukar pikiran. Pasalnya,
berbagi pengalaman dengan orang yang tepat dan supportive, dipercaya dapat mengurangi beban ibu usai melahirkan.
Perhatikan juga pola makan. Jaga kebutuhan nutrisi dan vitamin agar sehat serta
kualitas ASI terpenuhi.
AYAH PUN JUGA
BISA MENGALAMI.
Ya, ternyata bukan hanya pihak ibu yang bisa mengalami depresi usai kelahiran sang buah hati. Pasalnya, satu di antara sepuluh ayah ternyata mengalami Post Natal Depression (PND). Depresi yang umumnya hinggap pada 3-6 bulan setelah kelahiran bayi ini, disebabkan karena ayah pun sebenarnya juga membutuhkan dukungan, dorongan, keyakinan, dan tempat yang aman.
Berbeda dengan BBS yang terkait dengan perubahan hormonal setelah ibu melahirkan, PND dapat terjadi lebih lama dari BBS. Penyebab paling umum karena kekhawatiran tentang tanggung jawab baru, stres dengan biaya yang harus dikeluarkan, serta kecemasan tentang peran baru sebagai ayah. Stres akan lebih buruk karena laki-laki terbiasa untuk berbicara tentang perasaan dan ketakutannya. Bagi para suami yang mengalaminya, meski awalnya memang pasti sulit, tapi cobalah berbicara dengan pasangan, anggota keluarga lain, atau teman. Jika tidak membaik setelah beberapa minggu, segera minta bantuan ke dokter.
Kurir ASI Jakarta by amura courier :
solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867
Tidak ada komentar:
Posting Komentar