Minggu, 02 November 2014

JANIN SEHAT KUNCI GENERASI HEBAT




Masa depan anak ditentukan sejak anak dalam kandungan. Pasalnya bila asupan gizi kurang, dampaknya akan permanen dan sulit diperbaiki.


Perkembangan anak ditentukan mulai dari seribu hari pertama kehidupan. Artinya, selama 270 hari atau 9 bulan dalam kandungan, serta 730 hari atau 2 tahun pertama setelah anak lahir ke dunia, merupakan saat-saat pesat perkembangannya. Saat dalam kandungan, 8 minggu pertama adalah saat terbentuknya otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan, dan kaki.


Gangguan gizi dalam janin, faktanya sangat dipengaruhi oleh status gisi sang Ibu. Apakah selama kehamilan mengalami pertambahan berat badan yang kurang optimal atau sebaliknya ? Jika kurang optimal, ada kemungkinan melahirkan bayi yang tumbuhnya tidak optimal pula. Sepanjang waktu tersebut memang menjadi sangat penting, mengingat kekurangan gizi akan memberikan dampak permanen dan sulit diperbaiki. Misalnya saja, anak lahir dengan tubuh pendek atau kurang cerdas dan kurang tangkas pada usia dewasa. Selain itu, anak juga lebih beresiko mengalami penyakit kronis mulai dari jantung, hipertensi, diabetes, dan stroke.


Ibarat karet yang bisa melar, pertumbuhan janin di dalam tubuh mempunyai kapasitas yang sangat elastis. Jika disuruh menyesuaikan diri dengan konsumsi makanan di dalam, janin akan menyesuaikan diri. Otomatis kalau makanan ibu kurang dalam jangka waktu lama, akibatnya, agar makanan tersebut mencukupi, maka janin akan berhemat dan akan terbiasa makan sedikit. Jika setelah melahirkan lingkungan yang dihadapinya malah berbeda, misalnya malah mendapatkan makanan yang berlebihan, maka akan terjadi mismatch. Akibatnya, tubuh pun akan menjadi kegemukan.


Intervensi yang cocok dampaknya akan berlaku sampai 100 tahun kemudian atau sampai ke anak cucu. Maka jika gizi kurang, pengaruhnya tak hanya berhenti sampai satu generasi, melainkan hingga tiga generasi. Pasalnya, peran gen atau keturunan tidak semata-mata disebabkan oleh interaksi lingkungan, melainkan juga sebagai manifestasi interaksi genetik, kondisi gizi, metabolik, dan hormonalnya pada periode kritis awal kehidupan. Sebagai contoh, maternal overweight, diabetes gestasional, dan pemberian makan berlebihan pada neonatal, yang akan meningkatkan resiko disposisi epigenetik pada masa perinatal untuk penyakit obesitas, diabetes, metabolic syndrome, dan penyakit pembuluh darah jantung.


Lalu, bagaimana dengan kondisi di Indonesia ? Faktanya, orang bertubuh pendek ditemukan lebih banyak pada kelompok ekonomi rendah dibanding kelompok dengan penghasilan ekonomi tinggi. Akan tetapi, kelompok dengan ekonomi tinggi pun ternyata berkaitan dengan berat badan yang berlebihan pula. Kelebihan berat badan memang saat ini lebih tinggi terjadi pada kelompok ekonomi tinggi atau biasa disebut kelompok terkaya, tetapi angka kasus kelebihan berat badan pada kelompok termiskin pun saat ini juga sudah mulai tinggi. Dengan kata lain, penyakit tidak menular ini tidak disebabkan oleh perubahan gaya hidup saja, karena prelevansinya yang yang meningkat tinggi ini sudah tidak bisa dibedakan antara kelompok miskin dan kaya.


Hipertensi dan diabetes, misalnya, yang semula dianggap penyakit orang kaya, ternyata dialami juga oleh orang dengan status ekonomi rendah. Di lain sisi, timbul pula pertanyaan mengenai malnutrisi pada balita yang disebut-sebut disebabkan oleh kemiskinan. Bisa jadi itu memang berhubungan. Karena angka kasusnya memang lebih tinggi pada orang dengan status ekonomi rendah. Tetapi pada yang kaya kasus ini juga terjadi. Angka kasus hipertensi pada status ekonomi tinggi dan rendah, hanya selisih 2,5 persen. Pada kelompok ekonomi rendah adalah 30,5 persen, sementara pada kelompok ekonomi tinggi adalah 33 persen. Pada jantung, selisihnya adalah 1,5 persen dan untuk stroke selisih 2 persen. Oleh karena itu, gerakan peningkatan upaya gizi adalah masalah yang paling serius tapi paling sedikit mendapat perhatian. Padahal dampaknya bisa langsung terasa terhadap kualitas sumber daya manusia. Gizi, ibaratnya adalah tong sampah sampah dari berbagai permasalahan.


Lalu, bagaimana agar gizi anak terpenuhi dengan baik ? Itulah pentingnya dukungan keluarga dan budaya untuk pemenuhan gizi pada awal kehidupan anak. Dan yang perlu diingat, peran nenek pun juga berkontribusi dalam pemberian makanan untuk anak. Karena di daerah tertentu, kerap yang memberikan makanan untuk anak kita adalah si nenek, bukan ibunya sendiri. Dan seringnya nenek menyamakan menu makanan anak-anak dengan orang dewasa. Hal itu pula yang ia lakukan pada cucunya. Bahkan ini juga diperkuat oleh kepercayaan yang masih kuat di sebagian masyarakat. Misalnya, makan telur tidak baik, makan ikan tidak boleh karena bayinya akan berbau amis, atau bayi diberi makan nasi yang terlebih dahulu dikunyah neneknya. Akibatnya, anak malah mendapat ampas.


Di samping itu, hal-hal yang juga sangat mempengaruhi perkembangan anak mencakup pola pengasuhan, keteladanan, pendidikan, komunikasi, relasi dalam keluarga, kebiasaan dan pola makan keluarga, peran kerabat, komunitas, serta sekolah. Jangan heran, ada keluarga yang menyiapkan makanan siap saji mulai dari sarapan sampai makan malam. Lebih lanjut, perlu juga ada perhatian dan dukungan terhadap anak mulai dari pemberian ASI atau makanan pendamping anak. Lalu rasakan psikososial pada anak, persiapan dan penyimpanan makanan, praktik kebersihan dan sanitasi lingkungan, serta perawatan anak dalam keadaan sakit pun juga menentukan.


Sejatinya, pengasuhan adalah upaya dari lingkungan agar kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang dapat terpenuhi dengan baik dan benar. Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Ini juga harus diimbangi dengan meluruskan anggapan-anggapan salah yang selama ini berakar di masyarakat. Contohnya, bahwa makan hanya untuk menghilangkan lapar sehingga kenyang, pemberian makan supaya anak tidak rewel, anak menangis sebagai pertanda lapar, anak laki-laki makan lebih banyak daripada anak perempuan, atau kuantitas makanan lebih penting daripada kualitas, adalah anggapan salah yang harus dihilangkan.


Perlu disadari bahwa ibu bukanlah satu-satunya yang memegang peran penting terhadap perkembangan anak, karena peran ayah pun tak kalah pentingnya. Selama ini pemberian makan sering dianggap urusan ibu karena yang melahirkan. Namun, semua ini adalah tanggung jawab bersama untuk saling mendukung. Siapkan gizi yang baik mulai dari kehamilan. Kondisi yang nyaman akan berpengaruh pada masa depan bayi selanjutnya.


Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fixedbanner