Ibu muda yang
baru melahirkan rentan terkena sindrom baby blues. Sindrom ini biasanya
terjadi pada pasangan muda yang memiliki anak pertama. Ini adalah depresi yang
biasanya terjadi karena ketidaksiapan mental menghadapi kehadiran bayi dalam
kehidupan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa satu dari lima ibu mengalami baby
blues.
Namun yang
mengejutkan adalah penelitian terbaru diungkapkan bahwa ayah pun ternyata juga bisa
mengalami sindrom ini. Penelitian tersebut menyatakan, satu dari sepuluh ayah
mengalami depresi baby blues. Yang lebih mengejutkan, 25 persen dari
jumlah itu terus mengalami depresi hingga bayi mereka berusia enam bulan. Ada
hubungan yang konsisten antara depresi ayah dan depresi ibu. Depresi pada ibu
dapat menyebabkan depresi pada ayah. Selama itu pula, sang ayah memiliki ciri
depresi tersendiri, yaitu cenderung lebih sensitif, dan gampang marah karena
emosi.
Kelakuan sang
ayah diperkirakan akan lebih berpengaruh negatif terhadap si jabang bayi. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa masalah ini sebelumnya kurang diperhatikan. Bahkan
yang cukup mengkhawatirkan, seorang ayah yang mengalami baby blues kerap
memiliki "pikiran menakutkan" untuk menjatuhkan sang bayi dari
tangga.
Memiliki bayi merupakan
transisi psikologi luar biasa yang dapat membawa kebahagiaan dan juga stres
yang bila dibiarkan akan menjadi depresi. Di sisi lain, kehadiran bayi bisa
membuat ayah sering merasa sendirian, kehilangan dukungan istri yang sakit
pasca-melahirkan. Mereka juga mengkhawatirkan bayi mereka, dan merasa seluruh
beban ada di pundak mereka. Kesimpulannya, lelaki yang memiliki istri yang baby
blues, juga akan rentan mengalami baby blues.
Ayah pada usia
pertengahan 40 tahun biasanya akan lebih stres saat bekerja. Karena mengkhawatirkan
kondisi keuangan. Namun kebanyakan lelaki tidak membicarakan masalah ini. Ada
stigma sosial yang melarang lelaki untuk mencari pertolongan. Padahal para ayah
yang mengalami baby blues harus membicarakan hal ini atau mencari
kelompok pendukung.
Untuk mengatasi
persoalan ini, pola komunikasi dua arah antara ayah dan ibu dalam mengurus bayi
yang baru lahir amat diperlukan. Baik suami maupun istri harus saling
memberikan dukungan dengan belaian lembut, pelukan hangat, atau ucapan yang
menyenangkan. Ibu juga sangat membutuhkan dukungan ayah selama masa menyusui. ASI
bisa tidak keluar bila ibu stres. Sementara itu, si ayah, yang sepanjang hari
bekerja dan memikirkan ekonomi keluarga, tentu akan merasa terganggu oleh
tangisan anak pada malam hari dan perhatian istri yang berkurang.
Dampak Buat
Anak
Dari hasil penelitian tentang depresi pada orang tua 9-24 bulan setelah kelahiran, ditemukan bahwa depresi pada ayah secara signifikan berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam memahami kosakata selama setahun pertama.
Meskipun
depresi pada ibu juga berpengaruh, depresi pada ayah-lah yang mengurangi
kemampuan anak berbahasa. Karena Ibu memiliki jumlah waktu yang cukup ketika
mengurus bayi. Berbeda dengan ayah. Depresi yang terjadi pada ayah muda juga
dapat mempengaruhi disregulasi sistem stres anak saat pertengahan masa
kanak-kanak. Sistem stres anak tampaknya lebih sensitif kepada depresi ayah
ketimbang ibu.
Kurir ASI Jakarta by amura courier :
solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867
Tidak ada komentar:
Posting Komentar