Rabu, 12 November 2014

KETIKA AYAH TERKENA BABY BLUES




Ibu muda yang baru melahirkan rentan terkena sindrom baby blues. Sindrom ini biasanya terjadi pada pasangan muda yang memiliki anak pertama. Ini adalah depresi yang biasanya terjadi karena ketidaksiapan mental menghadapi kehadiran bayi dalam kehidupan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa satu dari lima ibu mengalami baby blues.

Namun yang mengejutkan adalah penelitian terbaru diungkapkan bahwa ayah pun ternyata juga bisa mengalami sindrom ini. Penelitian tersebut menyatakan, satu dari sepuluh ayah mengalami depresi baby blues. Yang lebih mengejutkan, 25 persen dari jumlah itu terus mengalami depresi hingga bayi mereka berusia enam bulan. Ada hubungan yang konsisten antara depresi ayah dan depresi ibu. Depresi pada ibu dapat menyebabkan depresi pada ayah. Selama itu pula, sang ayah memiliki ciri depresi tersendiri, yaitu cenderung lebih sensitif, dan gampang marah karena emosi.

Kelakuan sang ayah diperkirakan akan lebih berpengaruh negatif terhadap si jabang bayi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa masalah ini sebelumnya kurang diperhatikan. Bahkan yang cukup mengkhawatirkan, seorang ayah yang mengalami baby blues kerap memiliki "pikiran menakutkan" untuk menjatuhkan sang bayi dari tangga.

Memiliki bayi merupakan transisi psikologi luar biasa yang dapat membawa kebahagiaan dan juga stres yang bila dibiarkan akan menjadi depresi. Di sisi lain, kehadiran bayi bisa membuat ayah sering merasa sendirian, kehilangan dukungan istri yang sakit pasca-melahirkan. Mereka juga mengkhawatirkan bayi mereka, dan merasa seluruh beban ada di pundak mereka. Kesimpulannya, lelaki yang memiliki istri yang baby blues, juga akan rentan mengalami baby blues.

Ayah pada usia pertengahan 40 tahun biasanya akan lebih stres saat bekerja. Karena mengkhawatirkan kondisi keuangan. Namun kebanyakan lelaki tidak membicarakan masalah ini. Ada stigma sosial yang melarang lelaki untuk mencari pertolongan. Padahal para ayah yang mengalami baby blues harus membicarakan hal ini atau mencari kelompok pendukung.

Untuk mengatasi persoalan ini, pola komunikasi dua arah antara ayah dan ibu dalam mengurus bayi yang baru lahir amat diperlukan. Baik suami maupun istri harus saling memberikan dukungan dengan belaian lembut, pelukan hangat, atau ucapan yang menyenangkan. Ibu juga sangat membutuhkan dukungan ayah selama masa menyusui. ASI bisa tidak keluar bila ibu stres. Sementara itu, si ayah, yang sepanjang hari bekerja dan memikirkan ekonomi keluarga, tentu akan merasa terganggu oleh tangisan anak pada malam hari dan perhatian istri yang berkurang.

Dampak Buat Anak

Dari hasil penelitian tentang depresi pada orang tua 9-24 bulan setelah kelahiran, ditemukan bahwa depresi pada ayah secara signifikan berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam memahami kosakata selama setahun pertama.

Meskipun depresi pada ibu juga berpengaruh, depresi pada ayah-lah yang mengurangi kemampuan anak berbahasa. Karena Ibu memiliki jumlah waktu yang cukup ketika mengurus bayi. Berbeda dengan ayah. Depresi yang terjadi pada ayah muda juga dapat mempengaruhi disregulasi sistem stres anak saat pertengahan masa kanak-kanak. Sistem stres anak tampaknya lebih sensitif kepada depresi ayah ketimbang ibu.



Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fixedbanner