Minggu, 05 Mei 2013

TANTRUM PADA ANAK




Pernahkah anak anda menangis histeris sambil berteriak ? Atau, pernahkah dia menangis sambil berbaring di lantai rumah, menendang-nendang, bahkan menahan nafasnya ? Sebagian orang tua pasti akan menjawab, “ Ya”. Hal tersebut disebut tantrum, yaitu rasa marah pada anak, tapi intensitasnya kuat. Contohnya, menangis menjerit-jerit sambil menggerakkan seluruh tubuh. Anak dengan tantrum ini tidak bisa mengontrol diirnya, tapi ia dikontrol oleh kemarahannya.

Tantrum merupakan bagian dari proses perkembangan yang dilalui anak. Biasanya terjadi terhadap anak berusia dua atau tiga tahun. Anak usia ini sudah bisa berbicara, namun belum jelas bahasanya. Kosa katanya juga masih minim sehingga kemampuan berbicaranya belum baik. Sementara, keinginan anak itu banyak. Ia ingin mengekspresikan keinginannya dengan cara lain selain menangis. Yaitu, dengan kata-kata dan perbuatan.

Selain itu, anak usia ini dari sisi emosinya sudah mulai meraskaan banyak modernitas emosi. Bagi orang dewasa, kita sudah memiliki kemampuan untuk mengelola emosi, sedangkan anak usia dua dan tiga tahun ini belum bisa mengelola walaupun kemampuan tersebut sudah mulai ada. Dan, ketika keinginannya tidak sesuai dengan kenyataan, misalnya ingin bermain, tapi ia mengantuk, ingin tidur, tapi dibangunkan, anak tersebut menjadi kecewa. Karena tidak bisa mengatasi masalah tersebut, akhirnya anak ini frustasi dan kesal. Jadilah ia mengamuk, menangis, menjerit-jerit, berteriak, bahkan berguling.

Penyebab Tantrum

Tantrum sendiri disebankan oleh bebeapa faktor. Salah satunya, karakter diri anak itu. Masing-masing anak memiliki karakter yang berbeda. Ada anak yang terlahir tidak mudah marah atau easy baby. Anak easy baby ini tidak kesulitan berhaapan dengan lingkungan. Sehingga, ia mudah beradaptasi dengan baik. Namun, ada pula anak yang mudah marah. ANak yang mudah marah akan lebih sering mengekspresikan kemarahannya dengan berlebihan dibanding anak yang tidak mudah marah.

Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi tantrum adalah pola pengasuhan orang tua. Anak akan mempelajari apa yang ia dapatkan saat sedang marah. Ketika ia menginginkan suatu barang, namun dilarang oleh orang tuanya, anak ini akan menangis histeris. Respon orang tua terhadap kemarahan anak itulah yang akhirnya memicu tantrum ini terus berkelanjutan. Ana berpikir jika ia marah, orang tuanya akan memberikan perhatian. Jika ia menangis terguling-guling, orang tua akan memberikannya hadiah untuk menenangkannya.

Namun, menenangkan anak yang sedang tantrum dengan cara diberi hadiah, adalah cara yang salah. Karena, jika ia marah orang tua menuruti keinginannya, ia akan mengamuk lebih parah lagi nantinya ketika keinginannya tidak sesuai kenyataan.

Mengatasi Tantrum

Mengatasi tantrum terhadap anak tentu saja berbeda-beda tergantung karakter anak. Namun tentu saja bukan dengan reward atau hadiah. Orang tua harus mengenal dulu karakter anak. Ada anak yang justru malah berteriak ketika sedang marah didekati atau dibujuk. Untuk anak seperti ini, sebaiknya berikan waktu dan jarak dahulu untuk tenang sendiri. Untuk anak yang mudah marah, pendekatannya memang harus pelan-pelan.

Sedangkan, ada anak yang bisa tenang dari amarahnya yang tinggi ketikaia mendapatkan pelukan dari sang bunda. Dengan pelukan ini, ia bisa tenang dan bisa mengolah napas serta mengolah detak jantung untuk kembali normal. Ada pula anak yang mudah tenang dengan cara orang tua mengakui perasaannya saat itu. Katakan kepada anak, “ibu tahu kamu capek, kamu amrah ”, setelah itu tenangka anak. Ada lagi anak yang jika tantrumnya didiamkan, justru malah bertambah kacau. Ini didibutukah penanganan yang lebih special supaya ia bisa mengelola napasnya lebih teratur. Entah itu pelukan, sentuhan, atau gendongan.

Selain itu, sebaiknya orang tua menghindari hal yang memicu kemarahan anak. Misalnya , anak tidak suka saat tidur dibangunkan, berikan anak waktu tidur sampai ia merasa nyaman, barulah dibangunkan. Orang tua yang sudah mengenal karakter anaknya saat mengasuh anak, akan tahu celahnya. Jangan sampai membuat anak marah. Orang tua sebaiknya memberikan contoh yang baik bagaimana mengatasi emosi di saat sedang marah. Sebelum marah, sebaiknya berpikir dahulu bagaimana mengekspresikan kemarahan.

Untuk anak yang sudah agak besar atau usia sekolah, ajarkan anak untuk bisa mengenali tanda fisik kalau dirinya sedang marah. Misalnya, tangannya mengepal, giginya gemeretak. Jika tanda tersebut sudah terlihat, ajarkan anak untuk mencoba menenangkan diri dengan cara mengambil napas panjang sebelum anak menangis menjerit dalam meluapkan emosi. Diperlukan kesadaran anak usia sekolah untuk bisa mengelola emosinya.

Penting mengajarkan anak agar tidak mudah terpancing emosinya kala mendapat ejekan teman sebaya. Anak yang mudah marah dan menangis akan menjadi bahan ejekan. Karena itu, orang tua harus bisa membantu anak meredam emosinya. Selain dengan mengambil napas, orang tua juga bisa ajarkan anak untuk meluapkan emosinya dalam bentuk lain. Misalnya lewat music, gambar, olah raga, atau hal lain.

Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fixedbanner