Seorang ibu yang sedang menyusui dihadapkan
pada dilema ketika Ramadhan datang. Ingin ikut berpuasa, tapi khawatir akan
kondisi tubuh yang harus memberi makan “dua orang”. Ketakutan lain yang sering
muncul adalah bila memaksakan berpuasa, apakah nutrisi bagi sang bayi yang
menyusu masih bisa dipenuhi ?
Sebetulnya ibu menyusui sudah
mendapatkan hak istimewa dalam agama. Bila tidak kuat, para ibu menyusui
dibolehkan tidak berpuasa asal menggantinya pada hari lain ataupun membayar
fidyah. Namun, jika mereka ingin tetap berpuasa, sebenarnya juga tidak masalah.
Asalkan, sang ibu dapat memenuhi asupan nutrisi yang lebih banyak dibandingkan
orang yang tidak menyusui agar produksi ASI-nya tetao sama dengan hari biasa.
Komponen paling utama yang harus ada dalam makanan ibu menyusui ini, adalah kalori dan protein. Zat gizi mikro juga harus ada karena ini penting bagi pertumbuhan bayi. Kebutuhan air bayi juga harus diperhitungkan agar ibu menyusui dan sang bayi tak mengalami dehidrasi pada siang hari.
ASI yang dihasilkan, tidak akan berubah atau menurun kualitasnya hanya karena si ibu berpuasa. Tubuh ibu menyusui akan melakukan mekanisme kompensasi. Saat tak mendapat asupan makanan pada siang hari, produksi ASI di dalam tubuh akan mengambil dari zat gizi cadangan dalam tubuh. Energi, lemak, protein, vitamin, dan mineral diperoleh dari cadangan energi dari dalam tubuh. Tubuh ibu akan mengisi ulang cadangan gizi ini setelah berbuka puasa. Setelah berbuka, disarankan ibu kembali makan setelah Tarawih. Tak lupa, mengonsumsi air dan makan buah serta kacang-kacangan sebagai camilan sehat.
Makan sahur menjadi sangat penting bagi ibu menyusui. Paling tidak, komposisi makanan saat sahur, harus memenuhi karbohidrat 50 persen, protein 30 persen, dan lemak 20 persen. Mengonsumsi lemak yang penuh dengan kandungan omega 3 sangat signifikan bagi pertumbuhan bayi. Selain itu, makanan yang banyak mengandung lemak, seperti daging dan ikan, karena lebih lama dicerna sehingga tak cepat membuat ibu lapar pada siang hari.
Sahur dapat memberikan energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas seharian. Konsumsi gizi seimbang pada saat sahur akan membantu ibu menyusui menghasilkan sari makanan bergizi untuk si kecil. Jika pada tengah hari ibu merasa lemas, terutama setelah menyusui bayi, sebaiknya istirahat sebentar. Sekadar tidur-tiduran agar pikiran tenang sudah cukup. Jika ibu lemas dan stres, ASI yang keluar pun akan terganggu. Sedangkan, ketika berbuka, ibu menyusui disarankan untuk berbuka dengan minuman yang hangat. Ini akan memperlancar keluarnya ASI.
Namun ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan bagi Ibu menyusui yang ingin berpuasa. Ibu yang sedang menyusui bayi berusia satu hingga tiga bulan tidak disarankan berpuasa. Karena bayi pada usia ini sedang dalam masa pertumbuhan yang sangat vital. Mereka sedang melakukan adaptasi pada organ-organ tubuhnya. Jika pada usia ini bayi tak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, kesehatan bayi bisa terganggu.
Sementara bagi ibu yang memiliki bayi berusia enam bulan diperbolehkan untuk berpuasa. Pada masa ini, ibu tidak menanggung risiko jika berpuasa. Sebab, anak sudah boleh mendapatkan asupan gizi bukan dari ASI saja, tapi juga dari makanan pendamping. Sehingga, fungsi ASI yang kemungkinan terganggu karena berpuasa bisa tergantikan.
Sedangkan bayi di bawah usia enam bulan harus mendapatkan ASI eksklusif. Si kecil tidak boleh mendapatkan asupan makanan lain karena organ tubuh mereka memang belum bisa mencernanya.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan bagi para ibu menyusui adalah pola menyusui yang akan berubah. Ketika seharian berpuasa, pasokan ASI akan berkurang, namun bayi harus tetap mendapatkan ASI.
Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867
Tidak ada komentar:
Posting Komentar