Jumat, 16 Januari 2015

PENUHI GIZI BUAH HATI DENGAN MPASI





Kunci anak sehat adalah asupan makanan yang cukup dan bergizi seimbang serta olahraga/bergerak teratur. Mengapa asupan gizi ini penting ? Karena melalui asupan gizi yang baik, tubuh membentuk ‘benteng’ alami untuk menangkis serangan berbagai penyakit langganan anak.

Di usia 0-6 bulan daya tahan tubuh bayi terjaga melalui pemberian ASI eksklusif. Bayi yang mendapat ASI eksklusif umumnya jarang sakit, seperti batuk, pilek, atau penyakit langganan anak lainnya. Ini terjadi karena komposisi ASI sangat sempurna sesuai kondisi tubuh bayi. Selanjutnya di atas 6 bulan, orangtua mulai bisa memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Ada beberapa alasan kenapa makanan pendamping ASI (MPASI) harus diberikan kepada anak. Di antaranya untuk membantu menyiapkan saluran cerna bayi, untuk kesiapan oromotorik (alat gerak mulut) bayi, serta untuk kebutuhan gizi yang akan membuatnya sehat dan terhindar dari berbagai penyakit.

Secara alami memang ada peralihan makanan dari yang tadinya cair lalu mulai membelajarkan bayi mendapat makanan padat. Saat sudah berusia satu tahun, baru ia mendapatkan makanan seperti orang dewasa atau layaknya makanan keluarga. Lalu bagaimana memberikan gizi secara ideal melalui MPASI pada anak di atas usia 6 bulan ?

Bayi usia enam bulan ke atas, membutuhkan makanan yang mengandung sumber karbohidrat (beras, jagung, ubi, atau pasta), protein dari lemak dan hewan (ikan, unggas, telur), protein dan lemak dari tumbuhan (kacang-kacangan, tahu, tempe), serta serat dan vitamin mineral yang bisa ditemukan pada sayur dan buah. Keempat jenis kandungan tersebut bisa diberikan bertahap alias tidak harus langsung diberikan di hari pertama bayi mulai mendapatkan makanan. Selain bertahap, pemberian MPASI juga sebaiknya bervariasi hingga bayi bisa merasakan dan mengeksplorasi lebih banyak.

Selain itu, takarannya pun harus disesuaikan. Karena anak usia 6 bulan itu juga masih belajar makan makanan padat. Dan semakin bertambahnya usia, jumlah porsi makanan bisa ditambah karena kebutuhannya pun akan selalu bertambah. Kebutuhan makanan pada bayi usia 6 bulan adalah sekitar 100 ml. Pada bayi usia 6-8 bulan, anak akan membutuhkan makanan sebanyak 100-125 ml. Pada usia 8-10 bulan, kebutuhannya meningkat menjadi 175-200 ml, dan di atas 10 bulan mencapai 250 ml.

Namun masalahnya, pemberian MPASI tersebut memang tak selalu mudah diterima setiap anak. Maka sebaiknya dimulai dengan pemberian secara bertahap. Dalam artian, di awal mengkonsumsi sebaiknya diberikan menu yang berbeda dalam sehari, misalnya satu kali makanan padat, satu kali makanan ringan yaitu berupa buah yang dilumatkan atau sari buah, kemudian sari kacang. Pada usia 8-10 bulan, bisa ditambah hingga 2 kali makan. Ketika usianya di atas itu, berikan makan 4 kali, begitu juga dengan makanan ringan yang bisa diberikan hingga 3 kali dalam sehari.

Tak hanya perlu diberikan secara berkala, masalah tekstur pun harus disesuaikan dengan kemampuan anak memproses makanan. Pada usia 6-8 bulan anak bisa mulai diberi tekstur makanan yang lumat, lembut, tapi tidak encer. Tandanya, jika sendok dibalik makanan tidak tumpah. Kemudian pada usia 8-10 bulan anak sudah bisa menerima menu berupa bubur yang disaring. Teksturnya sudah ada, tapi lebih kasar. Nasi tim bisa dikonsumsi mulai usia 10 bulan, sementara di atas satu tahun, ia sudah makan nasi sesuai menu keluarga.

Pengenalan MPASI secara bertahap sangat menentukan pola konsumsi makan anak kelak. Tehnik-tehnik membiasakan anak dengan makanan padat perlu dikuasai agar proses belajar anak mengkonsumsi makanan pun berjalan sesuai fasenya. Memang, beberapa anak bisa saja menghadapi hambatan saat memasuki fase konsumsi MPASI. Ada bayi berusia 6 bulan yang muntah saat diberi MPASI. Tapi, meski anak tidak mau makan, walaupun sampai 10-15 kali pun, harus tetap dicoba dan diberikan MPASI hingga ia terbiasa.

Lantas, bagaimana jika anak tetap sulit mengkonsumsi makanan selain ASI pada fase ini ? Berikan dulu makanan yang lebih lembut untuk mencukupi porsinya, baru berikan yang kasar perlahan-lahan. Kalau dilatih terus menerus, pasti nantinya anak akan mau. Intinya, setiap anak berbeda-beda namun kebutuhan akan gizi adalah mutlak adanya. Kenali pola pertumbuhan dan kebutuhan anak akan gizi, agar pertumbuhannya pun berjalan optimal.

Pemberian makanan untuk anak juga bukanlah semata untuk mengenyangkan atau coba-coba, melainkan harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Ada kasus seorang anak yang berat badannya terhitung ideal sejak lahir hingga berusia 6 bulan. Namun saat di atas usia 6 bulan, berat badan anak itu malah makin turun. Ternyata setelah digali lebih dalam, penyebabnya karena MPASI yang kurang. Kondisi seperti ini akan mengundang beragam penyakit.

Setelah lewat satu tahun, anak bisa mengkonsumsi makanan keluarga. Artinya, apa yang terhidang di meja makan juga bisa disantapnya. Apa saja yang dibutuhkan supaya tubuhnya sehat ? Semakin meningkat usia, kebutuhan pun memang makin banyak. Dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dalam jumlah cukup, diharapkan bisa menjadi tameng dari dalam tubuh untuk menangkal berbagai penyakit langganan anak. Berikut panduannya :
1.       Energi, tenaga yang berasal dari makanan yang dikonsumsi seperti karbohidrat, protein, lemak. Kebutuhan tersebut berbeda-beda dipengaruhi berat badan, tinggi badan, usia, dan aktivitas.
2.      Protein, sebagai zat pembangun pembentukan sel darah, perbaikan kerusakan sel, membentuk imunitas tubuh, pembentuk hormon dan enzim. Diperoleh dari protein hewani (ikan, ayam, daging sapi, susu, telur). Dan protein nabati dari kacang-kacangan, tempe, dan tahu.
3.      Lemak, penghasil energi terbesar. Sebagai bahan pembentukan sel baru dan kolesterol. Seperti minyak kelapa sawit, susu (jenuh), mentega (lemak trans), dan tak jenuh misalnya alpukat, minyak jagung, ikan salmon, gindara, kakap.
4.     Karbohidrat sederhana dianjurkan hanya 5 persen dari energi total seperti gula pasir, gula batu, gula jawa, dan madu. Sementara karbohidrat kompleks mengandung serat seperti beras, sereal, umbi-umbian, sayur, dan buah.
5.      Serat yang larut dalam air dan bersifat sebagai prebiotik. Fungsinya, memberi nutrisi sel usus untuk mencegah diare atau sembelit. Sedangkan serat tak larut adalah serat yang tidak larut dalam air, memperbesar volume feses, mempermudah proses pembuangan, dan mencegah munculnya wasir.
6.     Air, tergantung usianya. Usia 4-6 tahun dibutuhkan sekitar 1/500 ml/hari, usia 13-15 tahun 2000 ml/hari. Semakin tinggi usianya makin banyak air yang dikonsumsi. 


Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fixedbanner