Rabu, 17 April 2013

PENTINGNYA IMUNISASI DAN MENGENAL MACAM-MACAM IMUNISASI




Seberapa  pentingkah imunisasi bagi anak-anak ? Program imunisasi yang dilaksanakan di 194 negara terbukti dapat mencegah wabah, sakit berat, cacat, dan kematian akibat penyakit menular. Bila cakupan imunisasi rendah, maka risiko terjadi wabah pun meningkat. Ada dua cara mencegah penyakit menular pada bayi dan balita. Pencegahan umum, seperti memberikan ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, pakaian, mainan, lingkungan serta penyediaan air bersih untuk makanan dan minuman.
Pencegahan spesifik dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap. Karena dalam watu 4-6 minggu setelah imunisasi akan timbul antibodi spesifik yang efektif mencegah penularan penyakit. Sehingga anak tidak mudha tertular, tidak sakit berat, tidak menularkan pada bayi dan anak lain, dan tidak terjadi wabah, atau banya kematian.

Imunisasi aman unuk bayi dan balita. Imunisasi diawasi beberapa institusi resmi yang meneliti dan mengawasi vaksin di negara tersebut. Institusi umumnya beranggotakan dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, biostatistika. Dan semua negara telah berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90 persen.

Banyak isu mengatakan, vaksin berbahaya karena mengandung bahan berbahaya, menyebabkan autis, sakit, cacat, atau kematian. Bahkan ada yang menyatakan vaksin mengandung lemak babi, dibuat dari janin anjing, babi, atau bayi yang sengaja digugurkan. Ada juga yang menyatakan imunisasi tidak bermanfaat, karena setelah divaksin anak masih bisa sakit. Isu tersebut bersumber dari tulisan sekitar 50 tahun lalu yang berbeda jauh dengan keadaan sekarang. Teknologi pembuatan vaksin saat ini telah berkembang sangat pesat, sehingga sangat jauh berbeda dengan teknologi pembuatan vaksin pada tahun 1950-an. Produsen vaksin saat ini menyatakan, tidakada vaksin yang terbuat dari nanah atau embrio anjing, babi atau manusia.

Semua imunisasi penting, karena mencegah penyakit berbahaya. Saat ini, pemerintah Indonesia baru mampu menyediakan imunisasi gratis Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak, DT dan TT, serta vaksin untuk jemaah haji (meningitis). Sedangkan imunisasi yang belum disediakan, seperti Hib, Pneumokokus, influenza, MMR, Demam tifoid, Cacar air, Hepatitis A,  Kanker Leher Rahim (HPV), dan Rotavirus.

Terkadang orangtua merasa cemas, setelah diimunisasi, anak mengalami demam, bengkak, nyeri, kemerahan, atau gatal di bekas suntikan. Semua itu reaksi wajar setelah vaksin masuk ke dalam tubuh. Ibaratnya, rasa pedas dan berkeringat setelah makan sambal adalah reaksi normal tubuh kita. Hal tersebut tidak berbahaya dan akan hilang dalam beberapa hari. Tak masalah jika diberi obat penurun panas atau dikompres. Berikan tiap 4 jam sesuai dosis yang dianjurkan. Pakaikan baju tipis, boleh pula dikompres dengan air es. Bila panas tetap berlanjut lebih dari 2 hari, sebaiknya bawa kembali ke tempat imunisasi untuk mendapat pertolongan, pengobatan, dan pemeriksaan lebih lanjut.

Kekebalan imunisasi tidak dapat digantikan zat lain, termasuk ASI, nutrisi, maupun suplemen herbal, karena kekebalan yang dibentuk sangat berbeda. ASI, nutrisi, suplemen herbal, maupun kebersihan dapat memperkuat pertahanan tubuh secara umum. Namun, tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu yang berbahaya.  Apabila jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih dapat sakit berat, cacat atau meninggal.

Vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan yang spesifik (antibody) terhadap kuman, virus, atau racun kuman tertentu. Bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap rawan tertular penyakit berbahaya. Setelah terbentuk, antibodi akan bekerja lebih cepat, efektif, dan efisien untuk mencegah penularan penyakit bebahaya.

Tentu saja selain imunisasi, bayi tetap diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan nutrisi lengkap dan seimbang, kebersihan badan dan lingkungan. Sementara untuk suplemen diberikan sesuai kebutuhan individual yang bervariasi. Selain itu, bayi harus mendapat perhatian dan kasih sayang serta stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreativitas, dan perilaku yang baik.

Setelah imunisasi, bayi balita tidak spontan kebal terhadap penyakit berbahaya. Perlu waktu sekitar 2-4 minggu untuk mampu melawan penyakit-penyakit tersebut. Masih mungkin bayi dan anak terserang penyakit, namun umumnya jauh lebih ringan dibandingkan dengan bayi dan anak yang tidak diimunisasi.

Bayi balita tetap boleh diimunisasi, meskipun sedang batuk pilek ringan tanpa demam, karena iritasi atau alergi, atau diare ringan. Imunisasi yang tertunda melewati jadwal yang ditentukan tidak hangus dan tidak perlu dibuang. Lanjutkan imunisasi sesuai urutan. Setelah imunisasi lengkap di masa bayi, masih perlu dilanjutkan usia balita, sekolah dan remaja, bahkan sampai dewasa dan usia lanjut.

JADWAL IMUNISASI :

1. IMUNISASI HEPATITIS B

Mencegah kerusakan hati akibat serangan virus hepatitis B. Bila berlanjut sampai dewasa apat menjadi kanker hati. Vaksin Hepatitis B disuntikkan di paha bayi segera setelah lahir, sebelum berumur 12 jam, untuk mencegah penularan virus hepatitis B dari ibu ke bayinya.

Banyak ibu hamil di Indonesia tidak tahu, di dalam darahnya terdapat virus hepatitis B. Sebaiknya ibu hamil diperiksa terhadap kemungkinan terinfeksi hepatitis B, juga toksoplasma, rubella, sitomegalovirus, dan herpes.
Sebelum imunisasi, bayi baru lahir sebaiknya disuntikkan vitamin K1 pada paha yang lain. Setelah itu, vaksin hepatitis B disuntikkan pada usia 1 bulan dan 6 bulan, dapat digabung dengan imunisasi DPT dan Hib.

2. IMUNISASI POLIO

Mencegah kelumpuhan akibat serangan virus polio liar yang menyerang sel-sel saraf di sumsum tulang belakang. Bila menyerang otak, dapat lumpuh seluruh tubuh dan kematian. Vaksin polio diteteskan ke dalam mulut bayi baru lahir ketika akan pulan ke rumah. Dilanjutkan umur 2,4,6,18-24 bulan dan 5 tahun.

3. IMUNISASI BCG

Mencegah tuberculosis (TBC) berat pada paru, otak, kelenjar getah bening, dan tulang, sehingga menimbulkan sakit berat, lama, kematian, atau kecacatan. Vaksin BCG disuntikkan di kulit lengan kanan atas pada saat bayi umur 2-3 bulan. Reaksi yang muncul seperti timbul benjolan kemerahan, kemudian pecah, keluar seperti nanah, tanpa demam dan nyeri. Bersihkan dengan alkohol atau iodin. Koreng akan menyembuh dalam beberapa minggu. Bekasnya dapat terlihat seumur hidup.

4. IMUNISASI DPT

Mencegah 3 penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT disuntikkan di paha mulai umur 2 bulan, dilanjutkan umur 3-4 bulan, 4-6 bulan, 18-24 bulan. Dapat digabung dengan vaksin hepatitis B dan Hib. Dilanjutkan lagi di lengan pada umur 5-6 tahun, 10-12 tahun dan 18 tahun, dengan vaksin yang isinya sedikit berbeda.

5. IMUNISASI HIB DAN PNEUMOKOKUS

Mencegah serangan kuman Hib dan pneumokokus yang mengakibatkan radang paru (pneumonia), radang telinga tengah, dan radang otak (meningitis) yang banyak menimbulkan kematian atau kecacatan. Vaksin Hib dan pneumokokus disuntikkan mulai umur 2, 4, 6, dan 15 bulan, dapat digabung dengan vaksin DPT atau DPat.

6. IMUNISASI ROTAVIRUS

Mencegah diare berat akibat rotavirus yang mengakibatkan bayi muntah mencret hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, sehingga banyak menyebabkan kematian. Vaksin rotavirus diteteskan perlahan ke mulut bayi mulai umur 2, 4 (dan 6 bulan), tergantung jenis vaksin.

7. IMUNISASI INFLUENZA

Mencegah serangan virus influenza yang mengakibatkan batuk pilek hebat, demam tinggi, sesak napas, radang paru, sehingga dapat menyebabkan kematian. Vaksin influenza disuntikkan mulai umur 6,7 bulan, kemudian diulang setiap tahun pada balita, usia sekolah, remaja, dewasa.

8. IMUNISASI CAMPAK

Mencegah serangan virus campak yang mengakibatkan demam tinggi, ruam di kulit, mata, mulut, radang paru (pneumonia), diare dan radang otak, sehingga banyak menyebabkan kematian. Disuntikkan mulai usia 9 bulan dan 6 tahun.

9. IMUNISASI CACAR AIR ( VARISELA)

Mencegah penyakit cacar air yang merusak kulit, mata, menimbulkan diare, kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin dalam rahim. Disuntikkan mulai umur 1 tahun.

10. IMUNISASI MMR

Mencegah serangan virus MMR (mumps, morbili, dan rubella) atau gondongan, campak Jerman, yang dapat menyerang janin sehingga mengakibatkan keguguran atau buta, tuli, keterbelakangan mental, dan kebocoran sekat jantung bayi.

Vaksin MMR disuntikkan mulai umur 15 bulan dan diulang pada umur 5-6 tahun. Berdasarkan 26 penelitian pakar di berbagai Negara, vaksin MMR tidak terbukti menyebabkan autisme.

11. IMUNISASI TIFOID

Mencegah penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi, radang, sampai kebocoran usus, yang dapat mengakibatkan kematian. Vaksin demam tifoid disuntikkan mulai umur 2 tahun, dan diulang setiap 3 tahun.

12. IMUNISASI HEPATITIS A

Mencegah kerusakan hati karena serangan virus hepatitis A yang dapat menyebabkan kematian. Vaksin hepatitis A disuntikkan mulai umur 2 tahun, diulang pada umur 2,5-3 tahun.

13. IMUNISASI HPV

Mencegah kanker leher rahim karena virus human papilloma (HPV) yang menyerang tanpa gejala sejak usia remaja, dan mengakibatkan kanker leher Rahim pada dewasa. Vaksinasi HPV disuntikkan 3 kali pada remaja perempuan mulai umur 10 tahun, dilanjutkan 1-2 bulan dan 6 bulan kemudian.

Kurir ASI Jakarta by amura courier : solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fixedbanner