Selasa, 17 September 2013

MENGHINDARI RESIKO BAYI STUNTING




Kecukupan pasokan gizi pada ibu hamil maupun bayi dapat terlihat dengan memantau pertumbuhan janin maupun bayi yang sudah dilahirkan. Di Indonesia, fase inilah masa terbesarnya. Ibu hamil masih banyak yang anemia dan cakupan pemberian ASI juga terbilang rendah. Anak-anak yang kekurangan gizi berulang sepanjang 1000 hari awal kehidupannya, beresiko memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar tinggi badan balita seumurnya (stunting).

Anak stunting akan berat untuk mengejar ketertinggalan tumbuh kembangnya. Bukan cuma pendek, kemampuan kognitifnya juga bakal terpengaruh. Jika diberikan nutrisi dan stimulasi yang bagus, perbaikan masih bisa dicapai meski tidak sempurna. Paling tidak, ketertinggalan perkembangannya tidak terlalu jauh dari anak normal.

Untuk menghindari resiko tersebut, nutrisi ibu dan anak harus diperbaiki, terutama kecukupan mikronutriennya. Mikronutrien terdiri atas vitamin dan mineral yang tidak dapat dibuat oleh tubuh, tetapi dapat diperoleh dari makanan. Sepanjang anak dapat makan beragam dan tepat jumlahnya, sebenarnya ia tidak membutuhkan. Akan tetapi pada anak dengan pola makan tidak baik dan anak dalam masa pertumbuhan, suplementasi vitamin dan mineral baik untuk diberikan.

Bagaimana cara memantau kemungkinan stunting ? Pengecekan bisa dilakukan pada dua titik pertumbuhan. Faktor genetic memang ada pengaruhnya dalam menentukan tinggi badan. Idealnya, di usia satu tahun, anak diukur tingginya tiap tiga bulan . Lalu di atas lima tahun, perlu diukur per enam bulan.

Kurir ASI Jakarta by amura courier
: solusi cerdas untuk wanita karir dan ibu menyusui. Tlp & sms : 085695138867

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fixedbanner